Selasa, 20 November 2012

Analisis puisi "Permintaan" karya Muhammad Yamin


Puisi Muhammad Yamin

Permintaan

Mendengarkan ombak pada hampirku
Debar-mendebar kiri dan kanan
Melagukan nyanyi penuh santunan
Terbitlah rindu ke tempat lahirku

Sebelah timur pada pinggirku
Diliputi langit berawan-awan
Kelihatan pulau penuh keheranan
Itulah gerangan tanah airku

Di mana laut debur-mendebur
Serta mendesir tiba di pasir
Di sanalah jiwaku, mula tertabur

Di mana ombak sembur-menyembur
Membasahi Barisan sebelah pesisir
Di sanalah hendaknya, aku berkubur.

Juni 1921

Analisi puisi:


Studi sastra bersifat semiotik adalah usaha untuk menganalisis sastra sebagai suatu sistem tanda-tanda apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai arti[1]. Pendekatan Objektif adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada karya sastra[2]. Berikut ini analisis dengan pendekatan Objektif dalam buku pengantar teori sastra karya Dr. Wahyudi Siswanto sebagai acuan dalam menganalisis.
A.      Bentuk dan Struktur Fisik Puisi

1.      Perwajahan Puisi (Tipografi):
Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan kata, larik, dan bait dalam puisi.  Puisi Muhammad Yamin ini termasuk soneta yang terdiri dari 4 bait yang berpola 4-4-3-3 namun tiap bait puisinya berbeda, pada bait pertama dan kedua berpola abba sedangkan pada bait ketiga dan keempat berpola aaa.

2.      Diksi:
Diksi adalah pilihan kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Diksi yang terdapat pada puisi “Permintaan” terdapat beberapa kata yang memakai konotasi, seperti:
Gerangan                     : konon[3], tempat
Mendesir                     : hembusan suara angin
Barisan                        : deretan
Tertabur                       : berserakan
Debur-mendebur         : suara air laut
Sembur-menyembur    : menyemprotkan berulang kali

3.      Imaji:
Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi seperti pengelihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji yang dipakai dalam puisi “Permintaan” ini adalah imaji auditif (pendengaran), imaji visual (pengelihatan) seperti:
a.       Imaji auditif:
/Mendengarkan ombak pada hampirku/ artinya si “aku” sampai disuatu tempat dan disambut oleh suara ombak.
/Melagukan nyanyi penuh santunan/ artinya si “aku” sedang menyanyikan sebuah lagu yang merdu.
b.      Imaji visual:
/Kelihatan pulau penuh keheranan/ artinya si “aku” melihat sebuah pulau yang seakan pernah ia kenal.
/Di sanalah jiwaku, mula tertabur/ artinya si “aku” melihat di tanahlah jiwanya akan kembali.
/Di sanalah hendaknya, aku berkubur/ artinya si “aku” ingin dimakamkan ditempat tersebut.

4.      Kata konkret:
Kata konkret adalah kata-kata yang ditangkap dengan indra. Pada puisi “Permintaan” terdapat kata-kata konkret seperti /dimana laut debur-mendebur/, /serta mendesir tiba di pasir/ maksudnya kata konkret diatas adalah dimana ada laut disitu pasti ada pasirnya. Jadi laut dan pasir sangat bertautan erat. Arti dari kalimat /dimana laut debur-mendebur/, /serta mendesir tiba di pasir/ adalah suara air laut yang begitu kerasnya hingga membuat pasir berserakan kesana-sini.

5.      Bahasa figuratif (majas):
Majas adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Majas yang digunakan adalah majas personifikasi yaitu majas yang membandingkan benda-benda mati dengan manusia atau makhluk hidup[4] seperti, /Kelihatan pulau penuh keheranan/ karena pada baris ini terdapat kata pulau penuh keheranan sedangkan yang mempunyai rasa heran hanya manusia.

6.      Rima:
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Puisi ini memiliki rima yang teratur didalam baitnya hingga pada tiap baris pada bait pertama dan kedua memiliki rima yang sama dan pada bait ketiga dan keempatpun memeiliki rima yang sama, seperti:

v  hampirku (bait pertama baris pertama)
pinggirku (bait kedua baris pertama)

v  kiri dan kanan (bait pertama baris kedua)
berawan-awan (bait kedua baris kedua)

v  penuh santunan (bait pertama baris ketiga)
penuh keheranan (bait kedua baris ketiga)

v  tempat lahirku (bait pertama baris keempat)
tanah airku (bait kedua baris keempat)

v  debur-mendebur (bait tiga baris pertama)
sembur-menyembur (bait keempat baris pertama)

v  di pasir (bait tiga baris kedua)
pesisir (bait keempat baris kedua)

v  mula tertabur (bait tiga baris ketiga)
aku terkubur (bait keempat baris ketiga)

Jadi, dalam satu bait tidak ada yang sama karena Muhammad Yamin masih memakai soneta yang tiap barisnya berbeda-beda, namun dalam baris perbait mempunyai kesamaan dalam bait yang berbeda.
B.       Struktur Batin Puisi

1.      Tema atau makna:
Tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang atau yang terdapat dalam puisi. Tema yang diangkat Muhammad Yamin pada puisi “Permintaan” yaitu tema kerinduan akan kampung halaman yang dicintai Muhammad Yamin yaitu Sumatera Barat dan kelak ia ingin dikuburkan di kampung halamannya.

Makna bait pertama:
Mendengarkan ombak pada hampirku
Debar-mendebar kiri dan kanan
Melagukan nyanyi penuh santunan
Terbitlah rindu ke tempat lahirku

Maknanya: si aku sampai pada suatu tempat dan ia disambut oleh suara ombak-ombak yang menghampirinya. Detakan jantungnya seakan menjadi cepat sehingga detak jantungnya menghasilkan sebuah nyanyian yang merdu. Seketika itu ia teringat akan kampung halamannya yang penuh dengan kedamaian
Makna bait kedua:
Sebelah timur pada pinggirku
Diliputi langit berawan-awan
Kelihatan pulau penuh keheranan
Itulah gerangan tanah airku

Maknanya: si aku mencari arah dimana tanah kelahiran yang ia maksud dan seketika ia melihat sebuah pulau yang seakan ia kenal. Si aku pun yakin bahwa di sanalah tempat kelahiranku
Makna bait ketiga:
Di mana laut debur-mendebur
Serta mendesir tiba di pasir
Di sanalah jiwaku, mula tertabur

Maknanya: suara air laut yang begitu kerasnya hingga membuat pasir berserakan kesana-sini, maka si aku sadar bahwa ditanahlah ia akan kembali
Makna bait keempat:
Di mana ombak sembur-menyembur
Membasahi Barisan sebelah pesisir
Di sanalah hendaknya, aku berkubur.

Maknanya: ombak yang terus-menerus membasahi tanah yang datar berpasir dipantai, maka si aku ingin dikubur ditempat kelahirannya.
2.      Rasa:
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Rasa yang ada pada puisi ini adalah rasa ingin pulang ke kampung halamannya karena disanalah ia lahir dan tumbuh dalam lingkungan yang begitu indah dan kelak ia ingin dikuburkan di tanah lahirnya.

3.      Nada:
Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada yang muncul pada puisi “Permintaan” ini, Muhammad Yamin menuangkan nada yang memunculkan perasaan rindu terhadap kampung halamannya yang ia cintai dan keindahan alam sekitar yang ada di Sumatera Barat.

4.      Amanat:
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penyair kepada pembaca. Amanat yang terdapat puisi ini adalah agar tidak melupakan kampung halaman yang kaya akan keindahan alam sekitar dan mengingatkan bahwa di kampung halamanlah kita lahir dan tumbuh serta di sanalah kita hendaknya dikubur.



Daftar Pustaka

Djoko Pradopo, Rachmat. 2008. Beberapa Teori Sastra, Metode kritik, dan Penerapannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. PT Grasindo: Jakarta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.
http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2272708-pengertian-majas-dan-macam-macamnya/ , diakses pada tanggal 20 November 2012




[1] Rachmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra, Metode kritik, dan Penerapannya,  (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,  2008). Hal. 141
[2] Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT Grasindo, 2008)
[3] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)
[4] http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2272708-pengertian-majas-dan-macam-macamnya/ , diakses pada tanggal 20 November 2012

Rabu, 14 November 2012

14 November 2012

agrrr .. sumpah hari ini kesel banged gue !! padahal hari ini kan jadian gue ke 14 bulaaaaaaaaaan (ˇ_ˇ") semua hal yang ditutupin pasti bakalan ketauan juga, dan hari ini gue ngebongkar 1 LAGI kebohongan lu.
1. lu bikin fb baru dengan nama DAMN YOU
2. lu comment foto MANTAN lu dengan bilamg "I MISS YOU"

ya allah , lu ajah ga pernah bilang ntu lagi ke gue !! SHOCK gue !! rasanya pengen gue banting semuanya biar hati gue PUAS !! dan yang bikin shock lagi , tanggal 7 November 2012 lu update status "teringat akan kenangan kita dulu .. :( "Ketika u ngelap kening gue pada saat kita makan .. #missyou"

aagrrr... !!! terus gue baru ngeh , ternyata lu comment FOTO MANTAN lu itu tanggal 26 Oktober 2012 bilang I MISS YOU !!! lu inget ga terakhir ngomong MISS YOU ama gue kapan??? GA PERNAH !!! kalo lu masih suka , sayang, cinta juga gapapa , asalkan lu JUJUR ama gue apa yang lu rasain saat ini. apa lu bosen ama gue , jenuh, ya kan gue ga tau juga !! (╥_╥) (╥_╥)

hari ini hujan deras banged , seharusnya hati gue ngerasa dingin, adem, tapi malah sebaliknya , panas, kesel , marah !! sekarang tinggal tunggu kejujuran apa yang bakal terucap dari mulut lu !! apakah sama atau tidak ?



aku bagaikan burung kecil
burung yang tidak ada artinya
burung kecil yang selalu terdiam
termenung, dan menunggu

burung kecil menunggu kepastian
akan kesetiaan dan kejujuran
kejujuran yang hanya ada dalam hati
hati yang tidak akan diketahui

aku .. burung kecil yang bisa dicampakkan
ketika tidak dibutuhkan
aku akan menjadi berharga
ketika aku dibutuhkan dan dicari

sempurnaanku akan hilang ..
ketika kau menjadi ragu dan menjauh
ketika semua hilang dan berbohong
aku akan pergi jauh ..

selamat tinggal cintaku
aku akan kembali dengan sayap
sayap cinta yang kau berikan

ketika kau membutuhkan diriku lagi ..

Selasa, 13 November 2012

Kumpulan Kata-Kata Raditya Dika

asiiik ngupas tentang si  :3 Raditya Dika, siapa yang tidak mengenal laki laki ini yang biasa akrab dipanggil Radith, adalah seorang penulis asal Indonesia. Di Indonesia, Raditya Dika dikenal sebagai penulis buku-buku jenaka. Dia adalah salah seorang Stand Up komedian yang hingga kini melejit namanya berikut beberapa Kumpulan Kata-Kata Raditya Dika yang di kutip dari twitternya @radityadika

Karena kita seperti belalang, tahu bahwa untuk mencintai seseorang, butuh keberanian.


Apa yang salah dari orang yang terlalu dalam sayang sama orang lain?


Orang yang jatuh cinta diam-diam memenuhi catatannya dengan perasaan hati yang tidak tersampaikan

Tidak ada yang bisa menghilangkan rasa selai kacang seperti cinta yang tak terbalas.

Jika cinta bisa membuat tahi jadi rasa cokelat, cinta yang tak terbalas bisa membuat cokelat jadi rasa tahi

Cinta mungkin buta, tapi kadang, untuk bisa melihatnya dengan lebih jelas, kita hanya butuh kacamata yg pas

“kita bakalan kayak gini terus”. Janji yang terkadang gak bisa ditepati

Belalang sembah jantan berani mati demi cinta.

Ferret. “Mereka mati gara-gara jomblo”
(Ferret betina itu jika tidak kimpoi pada musim kimpoi, mereka akan kelebihan hormon yg dapat menyebabkan mereka mati)

Burung lovebirds, burung ini setia sama satu pasangan selama hidupnya
(Burung ini cuma menikah satu kali, jika salah satu pasangan mereka mati, maka yang lain akan setres terus tidak lama bakal nyusul mati juga)

Pacaran pada dasarnya punya risiko: ngambek, marah, dan akhirnya diselingkuhi, dan patah hati.

Seperti marmut yang tidak tahu kapan harus berhenti berlari di roda yg berputar.


kepada kamu

Dengan penuh kebencian

Aku benci jatuh cinta

Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu,
tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak
selalu menebak-nebak
Aku benci deg-degan menunggu kamu online . 
Dan di saat kamu muncul, 
aku akan tiduran tengkurap, 
bantal di bawah dagu, 
lalu berpikir, 
tersenyum, dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu agar kamu, 
di seberang sana, 
bisa tertawa. 
Karena, kata orang, 
cara mudah membuat orang suka denganmu adalah dengan membuatnya tertawa. 
Mudah-mudahan itu benar.
Aku benci terkejut melihat SMS kamu nongol di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya, 
menghapusnya, 
memikirkan kata demi kata. 
Aku benci ketika jatuh cinta, 
semua detail yang aku ucapkan, 
katakan, 
kirimkan, 
tuliskan ke kamu menjadi penting, 
seolah-olah harus tanpa cacat, 
atau aku bisa jadi kehilangan kamu. 
Aku benci harus berada dalam posisi seperti itu. 
Tapi, aku tidak bisa menawar, ya?
Aku benci harus menerjemahkan isyarat-isyarat kamu itu. 
Apakah pertanyaan kamu itu sekadar pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah artikan dengan penuh percaya diri? 
Apakah kepalamu yang kamu senderkan di bahuku kemarin hanya gesture biasa, 
atau ada maksud lain, 
atau aku yang-sekali lagi-salah mengartikan dengan penuh percaya diri?
Aku benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam dada, 
menjalar ke sekujur tubuh, 
dan aku merasa pasrah, 
gelisah. 
Aku benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman, 
tanpa harus tidur. 
Cukup begini saja.
Aku benci ketika kamu menempelkan kepalamu ke sisi kepalaku, 
saat kamu mencoba untuk melihat sesuatu di handycam yang sedang aku pegang. 
Oh, aku benci kenapa ketika kepala kita bersentuhan, 
aku tidak bernapas, 
aku merasa canggung, 
aku ingin berlari jauh. 
Aku benci aku harus sadar atas semua kecanggungan itu…, 
tapi tidak bisa melakukan apa-apa.
Aku benci ketika logika aku bersuara dan mengingatkan, 
Hey! Ini hanya ketertarikan fisik semata, pada akhirnya kamu akan tahu, kalian berdua tidak punya anything in common,
harus dimentahkan oleh hati yang berkata, 
Jangan hiraukan logikamu.
Aku benci harus mencari-cari kesalahan kecil yang ada di dalam diri kamu. 
Kesalahan yang secara desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu bahwa kamu bisa saja sempurna, 
kamu bisa saja tanpa cela, dan aku, 
bisa saja benar-benar jatuh hati kepadamu.
Aku benci jatuh cinta, terutama kepada kamu. 
Demi Tuhan, aku benci jatuh cinta kepada kamu. 
Karena, di dalam perasaan menggebu-gebu ini; 
di balik semua rasa kangen, takut, canggung, yang bergumul di dalam dan meletup pelan-pelan
aku takut sendirian


- Gue gak pernah ngerti sama diri gue sendiri kenapa terkadang sebuah hal yang (kayaknya) kecil bisa begitu jadi besar buat gue. Bisa ngebuat gue kecewa, dan gue gak pernah ngerti kenapa kekecewaan ini bisa berubah seperti kanker yang menyebar dan menggerogoti perasaan gue sendiri… lama-lama ngebunuh dari dalam… dan mati. Gue gak pernah mengerti bagaimana harus mensiasati ini. Gue gak pernah ngerti kenapa buat gue, what has done yah done.. the damage has been done, and nothing we can do about it. There is absolutely nothing we can do about it. Kenapa? Kenapa gue gak bisa membuat semua ini seolah gak nampak, dan jalan terus. Kenapa? Kenapa? Kenapa gue harus membuat semua hal sempurna?

- Kalau yang namanya kesempurnaan itu gak ada, dan kita terus mengejar kesempurnaan, apa gue berarti mengejar sesuatu yang tidak ada? Dan kalau yang namanya memaafkan itu berarti melupakan, bagaimana cara melupakan sesuatu yang telah kita maafkan? Bahkan jika hal tersebut tidak seharusnya terjadi?

- Bagaimana kita tahu apa yang pilih itu “benar”? Bagaimana kita tahu apakah kita akan bahagia dengan pilihan kita. Aksi kita. Konsekuensi kita. Relativisme dalam contoh yang paling sempurna. Filsafat katanya bisa membantu kita memecahkan permasalahan-permasalahan dalam hidup, tapi yang ada justru pertanyaan satu mengikuti pertanyaan lain

Itulah beberapa kutipan dari Kumpulan Kata-Kata Raditya Dika yang telah di kutip blog ini, bagi yang ingin menambahkan silahkan berkomentar mengenai Kumpulan Kata-Kata Raditya Dika di kotak komentar

Senin, 12 November 2012

Analisis Belenggu


Terbelenggunya Sukartono dalam Belenggu

            Belenggu adalah salah satu novel karya Amrijn Pane pada tahun 1940. Pada novel ini menceritakan tentang sepasang suami istri Sukartono dan Sumartini. Sumartini yang merasa tidak diperhatikan lagi karena suaminya terlalu sibuk dengan pekerjaanya sebagai seorang dokter, sehingga ia pergi mencari kesibukan sendiri denga mengikuti aktivitas diluar rumah. Hal ini berakibat sering terjadi keslah pahaman dan mereka sering bertengkar karena pikiran masing-masing.
Didalam novel Belenggu mengunakan alur maju yang tidak memikirkan masa lalu, karena terdapat perkenalan antara Sukartono dengan Siti Rohayah, lalu konflik yang timbul saat Sumartini mendatangi kediaman Siti Rohayah dan sempat terjadi pertengkaran, kemudian klimaks yang terdapat pada Belenggu saat Sukartono bercerai dengan Sumartini dan Siti Rohayah menghilang. Novel ini memakai sudut pandang orang ketiga dimana pengarang hanya sebagai pencerita dan memakai nama tokoh.
 Ada tiga tokoh utama yang menjadi pusat cerita novel ini. Yang pertama adalah dokter Sukartono (Tono), seorang dokter yang sangat mencintai pekerjaannya dan memiliki kepedulian kemanusiaan yang cukup tinggi sehingga dia dikenal sebagai dokter dermawan dan penolong. Tokoh kedua adalah Sumartini (Tini), istri Tono. Ia seorang perempuan modern yang tak ingin terkungkung dalam kehidupan dalam keluarganya, maka Tini memiliki banyak aktivitas sosial di luar rumah. Tokoh ketiga adalah Nyonya Eni, alias Siti Rohayah (Yah), alias Siti Hayati. Yah adalah perempuan tradisional yang frustrasi akibat dipaksa menikah dengan laki-laki yang tidak ia cintai lalu bercerai kemudian hidup sebagai bunga raya dan ternyata ia teman lama Tono yang secara diam-diam mencintainya.
Belenggu mempunyai banyak masalah terutama masalah psikologi terhadap tokoh-tokohnya karena Tini dan Tono terbelenggu dalam ikatan perkawinan namun tidak ada keharmonisan yang terjadi didalam rumah tangga mereka. Sedangkan Yah dengan Tono terbelenggu dengan masa lalu, Yah teman Tono pada waktu masih di Sekolah Rakyat dulu. Diam-diam Yah memendam rasa cinta terhadap Tono kemudian mereka saling mencintai namun Yah tidak mau Tono diremehkan orang lain karena Yah seorang bunga raya maka Yah meninggalkan Tono. Permasalahan yang akan saya angkat adalah konflik batin yang dirasakan Tono.
Konflik batin yang dirasakan oleh Tono sudah ada pada bab awal yaitu saat Tono mencari bloc-note yang biasany ditaruh dimeja kecil namun tidak ada yang ada hanya sulaman Tini, marahnya memuncak saat Tono mengetahui bahwa bloc-notenya dibawa isterinya namun Tono tidak dapat marah karena dalam hatinya gembira akan kecantikan isterinya.
            Kemudian Yah datang dengan menyamar sebagai pasien Tono yang berpura-pura sakit dan mengganti namanya dengan Nyonya Eni. Disini Tono merasakan bahwa Nyonya Eni itu pernah ada dalam masa lalunya, dalam dialognya tentang keraguan Tono akan masa lalunya,
“Seolah-olah pernah engkau kulihat” (Pane, 2008: 33)
Kemudian Tono merasakan kenyaman dalam rumah Yah, karena Tono diperlakukan seperti suami seutuhnya sebab Tini tidak pernah melakukan apa yang Yah lakukan pada Tono maka Tono lebih sering datang kerumah Yah dan mengabaikan Tini.
            Pertengkaran di dalam rumah tangga Tono dan Tini menjadi hal yang biasa, karena keduanya bersikap egois, namun tetap saja Tono memperhatiakan sikap Tini dan Tono mulai bimbang dengan membandingkan sifat Tini dan Yah.
            Saat Yah menyatakan cinta pada Tono, terdapat kebimbangan dalam hati Tono. Disatu sisi ia senang bahwa Yah mencintainya, namun disisi lain Tono teringat akan Tini yang telah menjadi isterinya, pada narasinya
Tiba-tiba pikirannya berpindah kepada Tini, seolah-olah tiada jauh dari gambaran Yah... (Pane, 2008: 77)
Kemudian Tono berkunjung kerumah Yah setelah menjadi juri concours keroncong namun Tono melihat Yah sedang berpelukan dengan laki-laki lain. Tono memaki Yah seperti pada dialog,
“Suaramu palsu Yah, seperti dalam hatimu juga bohong belaka. Sangkaku engkau jujur, engkau tidak main tonil. Ah, tapi kamu perempuan semuanya pemain tonil. Tidak ada yang benar, yang jujur pada tubuhmu, dalam hatimu...” (Pane, 2008: 120)
            Tono merasa kesal karena telah dibohongi oleh Yah yang tak lain Siti Rohayah, Siti Hayati dan Nyonya Eni. Tono tidak percaya lagi akan kata-kata Yah.
            Tono heran dengan sikap Tini yang tenang setelah dari rumah Yah, tanpa sepengetahuan Tono. Seketika Tono merasa sedih karena Tini ingin pisah dengannya, seperti pada dialog Tini,
“Tono, tidakkah baik kalau..., kalau aku pergi saja” (Pane, 2008: 137)
            Dengan sekuat hati Tono menahan Tini untuk tidak pergi dari hidupnya, namun Tini sudah mempunyai keputusan bulat. Tono tetap harus memenuhi permintaan Tini untuk berpisah dengannya.
            Sepi melanda rumah Tono setelah kepergian Tini ke Surabaya. Untuk mengusir sepinya itu Tono kemudian ia pergi kerumah Yah untuk memberikan keriangan pada Tono yang kesepian. Namun Yah telah pergi ke Kaledonia Baru, dengan meninggalkan sepucuk surat dan sebuah piring hitam yang membuktikan bahwa Yah sebenarnya penyanyi favorit Tono, Siti Hayati. Dalam perjalanan ke Kaledonia Baru, Yah rindu pada Tono dan mendengar suaranya di radio. Tono ditinggal sendiri dan mulai bekerja sangat keras, dalam usaha untuk mengisi kesepiannya.
            Tono yang terbelenggu antara Tini dan Siti Rohayah atau Nyonya Eni atau Siti Hayati. Tono menikahi Tini, tidak didasari cinta, melainkan hanya menganggap Tini pantas untuk menjadi istrinya. Sebaliknya di dalam diri Tini juga berkecamuk sikap yang sama karena ia menikah dengan Tono hanya sekedar ingin melupakan masa lalunya. Sedangkan Tono dengan Yah teman Tono pada waktu masih di Sekolah Rakyat dulu, kemudian saling mencintai namun Yah pergi meninggal Tono karena Yah yang sebagai bunga raya merasa tidak pantas untuk Tono seorang dokter.

Analisis Layar Terkembang


Perbedaan Sifat dalam Psikologi Sastra

Roman Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah novel roman lama yang menjadi saksi sejarah dan perkembangan Bahasa Indonesia, sekaligus jejak pemikiran modern Indonesia. Roman ini mengangkat kisah kehidupan dua orang gadis yang penuh lika-liku menjalani hidup dan banyak memperkenalkan masalah hak-hak wanita dan yang menjadi sisi perjuangannya seperti berwawasan luas dan mandiri. Didalamnya juga banyak memperkenalkan masalah-masalah baru tentang benturan kebudayaan antara barat dan timur serta masalah agama.
Diawali dengan pertemuan tiga tokoh utama yaitu Yusuf, Maria, dan Tuti (kakak Maria). Yusuf seseorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir, karena wataknya yang baik hati, mudah bergaul dan berbudi luhur, Maria pun sampai jatuh hati padanya. Maria berumur 20 tahun seorang mahasiswi H.B.S. Carpentier Alting Stichting periang, senang akan pakaian bagus, memandang kehidupan dengan penuh kebahagian dan selalu bertindak sesuai perasaannya sehinnga ia mudah tersinggung. Tuti adalah seorang guru pada usianya yang ke-25 tahun, ia juga seorang gadis pintar, tegas, aktif dalam perkumpulan dan memperjuangkan kemajuan wanita. Kemajuan wanita disini berarti jangan menggantungkan hidup pada lelaki dan hanya sebagai alat.
Layar Terkembang bertutur secara linier, hanya lurus kedepan tidak memikirkan masa lalu karena Sutan Takdir Alisjahbana menjabarkan cerita ini mulai dari pertemuan antara Tuti dan Maria dengan Yusuf diluar gedung akuarium kemudian konflik yang muncul saat Tuti dan Yusuf mulai merasakan sesuatu yang sama anatara prinsip dikeduanya, saat mereka sering menjenguk Maria sewaktu sakit. Lalu klimaks yang terdapat pada roman ini ketika Maria meminta Yusuf dan Tuti untuk memenuhi permintaan terakhir Maria yaitu untuk saling berkasih-kasih dan hidup rukun dalam ikatan perkawinan. Roman ini memakai sudut pandang orang ketiga karena pengarang hanya sebagai pratinjau atau orang yang menceritakan.

Dalam Layar Terkembang terdapat berbagai masalah yang dimunculkan diantaranya, Tuti sebagai seorang aktifis yang ingin meninggikan derajat wanita, perbedaan dua sifat diantara Tuti dan Maria, cinta tak harus memiliki, wanita modern dengan wanita tradisional dan banyak lainya. Namun yang saya akan angkat permasalahannya adalah tentang perbedaan dua sifat anatara Tuti dengan Maria. Permasalahan ini saya angkat dengan menggunakan  pendekatan psikologi sastra.
Psikologi sastra merupakan interdisiplin ilmu, menurut Wallek & Warren (1989:90) psikologi mempunyai empat pengertian yaitu studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi, proses kreatif, studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan studi dampak sastra terhadap pembacanya. Namun menurut Ratna (2004:350), Psikologi Sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis. Jadi, psikologi sastra merupakan analisis yang terdapat pada karya sastra dari sudut kejiwaan karya sastra tersebut, didalamnya terdapat tokoh-tokoh yang mempunyai karakteristik yang khas.
“Lekas benar kita sampai sini” kata Maria agak kecewa, “Lihatlah belum seorang juga lagi” (Takdir, 2010: 3).
Dialog tersebut merupakan kecewaan yang dirasakan Maria saat di gedung akuarium belum banyak orang yang berkunjung. Namun tak lama suara Maria begitu gembira saat menunjukan ikan yang sangat indah. Pada dialognya:
“Aduh, indah benar.” Dan saraya melompat-lompat kecil. (Takdir, 2010: 3).
            Namun berbeda dengan kakaknya, Tuti yang tidak perduli perkataan Maria dan suara yang dikeluarkan Tuti begitu beratnya.
“Ya, bagus” (Takdir, 2010: 3).
Perbedaan suara yang dilontarkan Tuti dan Maria mengambarkan perbedaan budi perkerti yang mereka miliki masing-masing. Tuti yang sangat gemar membaca buku, pada setiap narasinya Tuti selalu memegang buku sebab itu Tuti menjadi berwawasan luas dan aktif dalam organisasi yang membela hak-hak wanita seperi pada dialog,
“Saudara-saudaraku, kaum perempuan, rapat yang terhormat! Berbicara tentang sikap perempuan baru sebagian besar ialah berbicara tentang cita-cita bagaimanakah harusnya kedudukan perempuan dalam masyarakat yang akan datang...”. (Takdir, 2010: 40).
Sedangkan Maria tidak mengikuti jejak kakaknya sebagai aktifis didalam organisasi, dia termasuk anak yang banyak bicara, periang, bertindak sesuai perasaanya namun ia mudah disinggung. Pada dialognya,
“Engkau selalu mengganggu saya. Engkau tidak tahu bagaimana perasaan saya,” ujar Maria tersedu-sedu. (Takdir, 2010: 84).
            Tuti mengalami perjuangan batin pada saat dia harus memilih antara menerima Supomo untuk menjadi suaminya atau menolaknya. Terdapat pada narasi,
O, sejak perjuangan batinnya beberapa bulan ini, telah berapa kalinya tempat tidurnya melihat ia putus asa demikian...? (Takdir, 2010: 143).
Ketegasan Tuti saat menolak cinta Supomo seorang pemuda yang baik dan benar-benar mencintainya dengan tulus, seperti pada surat Tuti,
Sedih saya memikirkan saya mesti menolak cinta yang semulia dan sesuci cintamu. (Takdir, 2010: 148).
Tuti menolak Supomo karena dia merasa tidak cocok dengan Supomo yang tidak mempunyai suatu kecakapan yang dapat Tuti puji.
Rasa kasihan Tuti terhadap adiknya yang tinggal kesepian di rumah sakit dan jauh dari keluarga serta teman-temannya hingga Tuti membuang jauh egonya demi Maria, seperti,
Kasihan kepada Maria! Alangkah ingin hatinya hendak bersua dengan adiknya yang hanya seorang itu. Ia tidak menyesal meninggalkan kongres, meskipun masih sebanyak itu soal yang penting-penting akan dicakapkannya. (Takdir, 2010: 163).
Perjuangan batin Maria melawan penyakitnya pun harus selesai dengan mengikhlaskan Yusuf agar menikah dengan Tuti sepeti pada dialognya,
“Alangkah berbahagia saya rasanya diakhirat nanti, kalau saya tahu bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasih seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini...” (Takdir, 2010: 192).
            Kesedihan dan kekawatiran Yusuf dan Tuti akhirnya terjadi juga. Maria meninggal dunia di usia 22 tahun. Pada kutipan,
Maria…Januari 193…usia 22 tahun. Maka selaku terpekurlah berdiri kedua-duanya memandang ke makam itu, tiada menggerak-gerakkan dirinya. (Takdir, 2010: 196).
Dengan beberapa dialog-dialog yang disajikan, dapat tercermin sifat Tuti dan Maria yang sangat berbeda, serta banyak mengangkat unsur psikologis tokoh-tokohnya atau konflik batin pada setiap tokohnya.

Jumat, 09 November 2012

Sinopsis Drama Kereta Kencana


Sinopsis Drama Kereta Kencana (Les Chaises)

Karya Eugene Lonesco (terjemahan W.S. Rendra)

            Drama yang di terjemahkan oleh WS Rendra ini tergolong absurd, mulai dari penerapan konsep yang realis dituntut langsung dalam pementasannya. Drama ini menceritakan tentang dua orang tua telah berusia dua abad menunggu sebuah kereta kencana. Kereta kencana dengan sepuluh ekor kuda, satu warna. Lama ditunggu, kereta itu tal juga tiba.
            Sementara suara- suara yang mengatakan mereka akan segera dijemput terus saja berkumandang. Membuat mereka merasa semakin dekat dengan kematian. Dua orang yang kesepian ini tidak mempunyai anak, dua orang yang memiliki kejayaan masa lalu namun dimasa tuanya hanya bisa berkhayal agar kematian yang segera menjemput mereka berdua dapat menjadi suatu yang bermakna, namun tetap saja absurd.
            Drama ini menjadi sangat menarik dikarenakan penulisan yang mengambil latar belakang keadaan masa tua yang  tidak kunjung habis. Selalu dilalui dengan monotone namun terlihat dimana penulis menyampaikan isi yang sesungguhnya tetang kehidupan yang menjadi lebih terkesan membosankan. Dua orang tua ini tidak terlihat mengeluh dalam menunggu kereta yang tak kunjung menjemputnya. Hari – hari dilalui dengan duduk disebuah kursi goyang. Si Nenek bercanda mesra dengan Kakek. Tak jarang mereka membahas kembali masa lalu yang terlewat sudah. Kakek selalu bercumbu rayu, terkadang merayu sedikit, dan selalau diakhiri dengan kebosanan. Bilamana sudah bosan, mereka kembali bernostalgia, sesekali melihat kejendela, apakah sudah datang kereta yang mereka tunggu. Dua orang tua itu tak beda halnya seperti bermain main. Mereka saling membangun pendirian, menghibur masing-masing, bercanda tertawa, bersenda guarau, sampai pertengkaran tak jarang menghiasi kesepian mereka.
`           Setelah berlalu, mereka hanyalah terdiam terpaku menunggu. Kebosanan semakin menjadi, mereka kembali berfikir tentang kehidupan kedepannya. Melihat jendela kembali, dan tak datang pula. Percakapan yang hanya melibatkan dua orang ini sangat tidak membosankan, diakarenakan bahasa dari drama ini sangatlah indah dan berbagi kiasan bahasa yang bervariasi.
            Puncak dari drama ini, tak kala mereka benar – benar jenuh. Lalu saling mencerca satu sama lain. Pertengkaran semakin menjadi. Ditengah suasana malam yang mencekam. Mereka saling menyalahkan dan beradu argument, selalu terkekang dalam ruangan dan jendela merepat mempercepat ataukah memperlambat waktu kematian mereka. Sungguh kesepian dan kebosannan yang selalu mengiasi drama ini.
            Pertengkaran berakhir ketika Kakek mendapat serang jantung, lalu sekejap tergelatak di kursi goyangnya yang telah tua seperti umurnya. Sontak Nenek sangat terpukul, lalu melakukan berbagai cara agar Kakek dapat tersadar kembali. Nenek pun berdiaolog snediri, meminang dan bernostalgia kisah cintanya dengan Kakek. Sesekali Nenek melihat jendela, kereta kencana belum juga tiba.
            Ditengah dialog Nenek, tiba – tiba Kakek tersdar, dan kembali bercengkarama dengan Nenek, Kakek merayu mesra Nenek, persis ketika Kakek melamar Nenek. Mereka kembali bercanda, bermimpi, bernostalgia. Tak jarang Kakek menuturkan mimpinya ketika kedarannya tak terkendali. Dia membayangkan sebuah kereta kenca menghampiri kediaman mereka yang sederhana, hayalah kursi tua pemanis ruangan tersebut, perabotan rumah yang lain sudah using, dan tak dapat dipergunakan lagi.
            Bergitulah keseharian hidup meraka yang sudah tua tanpa dibuahi seorang anak. Kesepian tiada tara menlanda kehidupannya. Selalu kejadian tersebut diulang-ulang. Sampai pada akhrinya, kerata yang mereka tunggu hanyalah sebuah ilusi yang tak pasti. Ilusi yang hanya ada dalam imajinasi orang tua yang menunggu ajal. Ajal layaknya kereta kencana yang emnjemput mereka menuju alam-Nya. Suasan haru, selalu menjadi berbincangan dan mewarnai suasana drama ini.
            Hikmah yang terkadung didalamnya sungguhlah mendasar, mulai dengan sang Nenek yang setia kepada Kakek. Begitupula Kakek selalu menghibur Nenek, dengan rayuannya. Semua berjalan sesuai kehendak mereka dan terjadi begitu saja dengan kesetiaan, cinta kasih sepasang manusia yang sama – sama menatap ajal. Namun kereta yang ditunggu tak kunjung tiba, mereka kembali bercakap, sampai sang waktu merapuhkan jalan mereka menuju yang Esa..

Sinopsis Dibawah Lindungan Ka'bah


Di bawah lindungan ka’bah

Hamid adalah seorang anak yatim dan miskin. Dia kemudian diangkat oleh keluarga Haji Jafar yang kaya-raya. Perhatian Haji Jafar dan istrinya, Asiah, terhadap Hamid sangat baik. Hamid dianggap sebagai anak mereka sendiri, Mereka sangat menyayanginya sebab Hamid sangat rajin, sopan, berbudi, serta taat beragama. Itulah sebabnya, Hamid juga disekolahkan bersama-sama dengan Zainab, anak kandung Haji Jafar di sekolah rendah.

Hamid sangat menyayangi Zainab. Begitu pula dengan Zainab. Mereka sering pergi sekolah bersama-sama, bermain bersama-sama di sekolah ataupun pulang sekolah. Ketika keduanya beranjak remaja, dalam hati masing-masing mulai tumbuh perasaan lain. Suatu perasaan yang selama ini belum pernah mereka rasakan. Hamid merasakan bahwa rasa kasih sayang yang muncul terhadap Zainab melebihi rasa sayang kepada adik, seperti yang selama ini dia rasakan. Zainab juga ternyata mempuanyai perasaan yang sama seperti perasaan Hamid. Perasaan tersebut hanya mereka pendam di dalam lubuk hati yang paling dalam. Hamid tidak berani mengutarakan isi hatinya kepada Zainab sebab dia menyadari bahwa di antara mereka terdapat jurang pemisah yang sangat dalam. Zainab merupakan anak orang terkaya dan terpandang, sedangkan dia hanyalah berasal dari keluarga biasa dan miskin. Jadi, sangat tidak mungkin bagi dirinya untuk memiliki Zainab. Itulah sebabnya, rasa cintanya yang dalam terhadap Zainab hanya dipendamnya saja.

Jurang pemisah itu semakin hari semakin dirasakan Hamid. Dalam waktu bersamaan, Hamid mengalami peristiwa yang sangat menyayat hatinya. Peristiwa pertama adalah meninggalnya Haji Jafar, ayah angkatnya yang sangat berjasa menolong hidupnya selama ini. Tidak lama kemudian, ibu kandungnya pun meninggal dunia. Betapa pilu hatinya ditinggalkan oleh kedua orang yang sangat dicintainya itu. Kini dia yatim piatu yang miskin. Sejak kematian ayah angkatnya, Hamid merasa tidak bebas menemui Zainab karena Zainab dipingit oleh mamaknya.

Puncak kepedihan hatinya ketika mamaknya, Asiah, mengatakan kepadanya bahwa Zainab akan dijodohkan dengan pemuda lain, yang masih famili dekat dengan almarhum suaminya. Bahklan, Mak Asiah meminta Hamid untuk membujuk Zainab agar mau menerima pemuda pilihannya.

Dengan berat hati, Hsmid menuruti kehendak Mamak Asiah. Dengan berat hati, Hamid menuruti kehendak Mamak Asiah. Zainab sangat sedih menerima kenyataan tersebut. Dalam hatinya, ia menolak kehendak mamaknya. Karena tidak sanggup menanggung beban hatinya, Hamid memutuskan untuk pergi meninggalkan kampungnya. Dia meninggalkan Zainab dan dengan diam-diam pergi ke Medan. Sesampainya di Medan, dia menulis surat kepada Zainab. Dalam suratnya, dia mencurahkan isi hatinya kepada Zainab. Menerima surat itu, Zainab sangat terpukul dan sedih. Dari Medan, Hamid melanjutkan perjalanan menuju ke Singapura. Kemudian, dia pergi ke tanah suci Mekah.

Selama ditinggalkan oleh Hamid, hati Zainab menjadi sangat tersiksa. Dia sering sakit-sakitan, semangat hidupnya terasa berkurang menahan rasa rindunya yang mendalam pada Hamid. Begitu pula dengan Hamid, dia selalu gelisah karena menahan beban rindunya pada Zainab. Untuk membunuh kerinduannya, dia bekerja pada sebuah penginapan milik seorang Syekh. Sambil bekerja, dia terus memperdalam ilmu agamanya dengan tekun.

Setahun sudah Hamid berada di Mekah. Ketika musim haji, banyak tamu menginap di tempat dia bekerja. Di antara para tamu yang hendak menunaikan ibadah haji, dia melihat Saleh, teman sekampungnya. Betapa gembira hati Hamid bertemu dengannya. Selain sebagai teman sepermainannya amsa kecil, istri Saleh Rosana adalah teman dekat Zainab. Dari Saleh, dia mendapat banyak berita tentang kampungnya termasuk keadaan Zainab.

Dari penuturan Saleh, Hamid mengetahui bahwa Zainab juga mencintainya. Sejak kepergian Hamid, Zainab sering sakit-sakitan. Dia menderita batin yang begitu mendalam, Karena suatu sebab, dia tidak jadi menikah denganpemuda pilihan mamaknya, sedangkan orang yang paling dicintainya, yaitu Hamid telah pergi entah kemana. Dia selalu menunggu kedatangan Hamid dengan penuh.
Mendengar penuturan Saleh tersebut, perasaan Hamid bercampur antara perasaan sedih dan gembira. Sedih sebab Zainab menderita fisik dan batin. Gembira karena Zainab mencintainya juga. Artinya cintanya tak bertepuk sebelah tangan. Karena tidak jadi menikah dengan pemuda pilihan mamaknya, besar kemungkinan keinginannya untuk bersanding dengan Zainab akan kesampaian. Hamid berencana kembali ke kampung halaman setelah menunaikan ibadah haji terlebih dahulu.
Saleh langsung mengirim surat kepada Rosna, istrinya. Dalam suratnya, dia mnceritakan pertemuannya dengan Hamid. Rosna memberikan surat dari Saleh itu kepada Zainab. Betapa gembiranya hati Zainab mendengar kabar tersebut. Hamid, orang yang paling dicintainya, yang selama ini tidak diketahui keberadaannya, telah dia temukan. Hatinya lega dan bahagia. Semangat hidupnya bangkit kembali dan dia merasa tidak tahan lagi untuk bertemu kembali dengan kekasih hatinya itu. Ia pun menulis surat balasan kepada Hamid. Hamid menerimanya dengan suka cita. Semangatnya untuk menyelesaikan ibadah haji semakin menggelora agar segera bertemu Zainab.
Walau dalam keadaan sakit parah, Hamid tetap berwukuf. Namun setelah wukuf di Padang Arafah yang sangat panas, kondisinya semakin melemah. Nafsu makannya menurun dan suhu badannya pun tinggi.

Melihat keadaan sahabatnya, Saleh tidak sanggup memberitahukan kabar tentang Zainab yang baru saja ia terima dari Rosna. Namun, Hamid mempunyai firasat tentang hal itu. Atas desakan Hamid, Saleh memberitahukan bahwa Zainab telah meninggal dunia. Hati Hamid terpukul mendengar kenyataan tersebut. Hanya dengan keimanan yang kuat, dia masih mampu bertahan hidup. Keteguhan Hamid pada sikap menyempurnakan ibadah haji di Baitullah telah menyebabkan Hamid kehilangan kekasihnya. Zainab meninggal karena sakit-sakitan menahan rindu dalam pingitan.

Keesokan harinya, Hamid tetap memaksakan diri untuk berangkat ke Mina. Namun, dalam perjalanannya, dia jatuh lunglai, sehingga Saleh mengupah orang Baduy untuk memapah Hamid. Setelah acara di Mina, mereka kemudian menuju Masjidil Haram. Setelah mengelilingi Ka'bah, Hamid minta diberhentikan di Kiswah. Sambil menjulurkan tangannya memegang kain Kiswah penutup Ka'bah itu, Hamid beberapa kali bermunajat: "Ya rabbi, ya Tuhanku Yang Maha Pengasih dan Penyayang." Suaranya semakin melemah dan akhirnya berhenti untuk selama-lamanya. Hamid telah meninggalkan dunia yang fana ini di hadapan Kabah, menyusul sang kekasih