Jumat, 05 Juli 2013

Kepercayaan dalam Keikhlasan


Cerpen Sebuah Kecelakaan Suci adalah salah satu karya dari Gunawan Tri Atmodjo. Cerpen ini menceritakan tentang sebuah desa yang dahulu makmur dan sejahtera menjadi desa yang penuh dengan bencana dari pertenakkan hingga pertanian yang hancur. Dengan adanya musibah tersebut maka sesepuh di desa itu berembug untuk memberikan persembahan di gua yang sulit dijangkau dari sisi Gunung tersebut. Namun setelah ritual dijalankan untuk memberikan daging dan sayuran, berkali-kali persembahan daginglah yang selalu habis sedangkan sayuran masih utuh. Hingga warga desa mempertanyakan keikhlasan dalam berkorban. Untuk mendapatkan cinta, ada seseorang yang memberanikan diri untuk bertapa diantara kedua batu persembahan di gua tersebut. Namun disela-sela ia untuk berkonsentrasi, ia mendengar suara langkah, suara auman dan suara makan dengan terkejutnya seekor harimau sedang memakan daging persembahan yang ada dibatu tersebut.
Gunawan Tri Atmodjo adalah seorang penulis yang dapat dibilang cukup produktif dalam menghasilkan sebuah karya terbukti dalam beberapa  kali ia menjadi juara di antaranya Juara 1 Lomba Menulis Cerpen Tuk Padas Publishing 2011, Juara 2 Lomba Menulis Cerpen Solopos 2011, Juara 3 Lomba Menulis Cerpen Femina 2010, Cerpen Terbaik Majalah Horison 2004, Pemenang II Lomba Tulis Puisi Kemanusiaan Komunitas Sastra Indonesia 2008, dan lain-lain. Pria kelahiran Solo, 1 Mei 1982 ini kegiatan sehari-harinya bekerja sebagai editor buku pelajaran. Gunawan Tri Atmodjo yang menjadi alumnus Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Surakarta program studi Sastra Indonesia juga pernah diundang dalam berbagai gelaran sastra tingkat nasional, seperti baca cerpen dalam Temu Sastrawan Indonesia 4 di Ternate, Maluku Utara, tahun 2011, dan baca puisi di Pertemuan Penyair Nusantara VI, Jambi, tahun 2012.[1]
Karya sastra tidak lahir begitu saja. Karya sastra lahir dari hasil kreativitas, realitas dan imajinasi pengarang. Dengan imajinasinya pengarang dapat mewujudkan kembali sederetan pengalaman-pengalaman tertentu yang pernah akrab dengan lingkungan dan kehidupannya.[2] Maka karya sastra diciptakan oleh pengarang sebagai hasil dari sebuah proses merespons situasi lingkungan dan sosialnya. Oleh karena itu, karya sastra akan mampu mengidentifikasikan  peristiwa-peristiwa sosial yang penting pada zamannya sehingga bisa mencapai ekspresi yang padu dengan realita. Dalam hal ini pendekatan yang dipakai adalah pendekatan objektif adalah pendekatan yang menitikberatkan kajiannya pada karya sastra.[3] Jadi karya sastranya menjadi inti dalam pendekatan objektif yang akan diteliti dengan struktur karya sastra yang kompleks dan multidimensional
Cerpen ini terispirasi dari cerita anak Nabi Adam yang bernama Habil dan Qabil. Dimana Qabil tidak terima dengan keputusan ayahnya yang akan dinikahkan dengan Lubuda yang jelak yaitu adik dari Habil sedangkan Habil akan dinikahkan dengan Iqlima adik Qabil yang cantik jelita. Dengan itu ayahnya menyuruh untuk memberikan korban kepada Tuhan, Habil memberikan kambing yang bagus dan yang ia rawat sedangkan Qabil memberikan sayuran yang busuk dan rusak. Keesokannya kambing Habil-lah yang telah diterima korbannya karena ia berkorban dengan tulus dan ikhlas.[4] Disini terdapat persamaan dengan cerpen Sebuah Kecelakaan Suci karya Gunawan, namun yang membedakan korban yang dipersembahkan adalah untuk makhluk gaib untuk membuang bencana di desanya dan persembahan daging yang diberikan untuk penguasa Gunung melainkan seekor harimau yang selalu datang ke gua tersebut untuk mencari makan dan memakan daging persembahan.
Realita yang coba diungkap oleh Gunawan adalah ritual yang banyak terjadi di Indonesia. Masaih banyaknya masyarakat yang mempercayai hal gaib dan melakukan ritual dimalam hari untuk mendapatkan keuntungan, jodoh, dan hal-hal yang kita inginkan akan terkabul. Misalnya saja ada tempat pesugihan di Gunung Kawi, Malang Jawa Timur. Di Gunung tersebut sudah banyak yang mengunakan pesugihan mengharapkan permintaannya akan terkabul. Hingga seorang juru kunci Gunung tersebut memberikan dua pilihan aternatif yaitu datang langsung dan jarak jauh.[5] Dengan di adakannya dua pilihan alternatif maka seseorang dapat berbuat musyrik meski tidak datang ke Gunung tersebut. Hal ini sama dalam cerpen ketika Suman ingin mendapatkan Farida dan ia memberanikan diri untuk bertapa di Gunung yang di anggap kramat. Ia bertapa diantara persembahan yang diberikan penduduk desa untuk penguasa Gunung, menurut bisikan dalam mimpi Suman ia akan mendapatkan cintanya Farida dengan bertapa di Gunung itu.
Penokohan yang terdapat pada cerpen Sebuah Kecelakaan Suci yaitu Maun dan Tanu orang yang memberikan persembahan sayuran namun selalu kecewa karena persembahan sayuran ditolak hingga selalu layu dan membusuk. Salim dan Seto adalah orang yang memberikan persembahan daging dan selalu diterima persembahan dagingnya hingga tidak ada sisanya. Mbah Rekso adalah seorang sesepuh yang dipercaya di desa tersebut. Suman adalah anak dari Tanu yang memberanikan diri untuk bertapa di tempat kramat agar mendapatkan kesaktian untuk meluluhkan hati Farida anak dari Seto yang ia cintai. Alur yang diceritakan adalah alur maju yaitu menceritakan dari awal pertama ritual itu diadakan karena untuk mengatasi bencana yang terdapat pada desa tersebu hingga persembahan ketujuh kemudian tumbuhlah Suman dan Farida anak dari Tanu dan Seto hingga Suman melakukan berbagai cara untuk membuat Farida mencintainya sehingga ia bertapa di gunung tempat memberikan persembahan tersebut.
Segi menarik yang terdapat pada cerpen Sebuah Kecelakaan Suci yaitu terdapat pada ceritanya yang percaya pada takhayul yang menjadikan Gunung tersebut membawa kesejahteraan dan keselamatan bagi desanya dari musibah yang dialami mereka seperti banyak ternak yang mati tanpa sebab dan panen yang tiba-tiba diserang wereng. Setelah memberikan persembahan untuk penguasa Gunung tersebut desa itu seakan terhindar dari musibah sehingga para penduduk mempercayai adanya penguasa Gunung tersebut. Kemudian segi menarik lainnya terjadi pada saat persembahan daging yang diberikan selalu habis sedangkan sayuran tidak, sehingga pembaca bertanya-tanya apa yang terjadi namun pada halaman akhir cerita, Gunawan memberitahukan bahwa daging persembahan tersebut dimakan oleh penguasa  Gunung yaitu seekor harimau, maka dari itu sayuran tetap ada hingga layu.
Kelamahan pada cerpen ini terdapat pada akhir ceritanya yaitu ketika Suman melihat seekor harimau yang sedang mendekatinya. Kemudian Suman mengucapkan doa pendek yaitu ia ingin berubah wujud menjadi sayuran seperti yang tertata di batu belakang karena harimau tidak memakan sayuran kemudian Suman jatuh pingsan. Disini membuat pembaca binggung dan hendak mencari tahu kelanjutan dari isi cerpen tersebut, karena Gunawan menceritakan cerpen Sebuah Kecelakaan Suci seperti tidak ada akhir dari ceritanya. Ketika Suman jatuh pingsan tidak ada narasi yang melanjutkan cerita tersebut, bisa saja ketika Suman jatuh pingsan kemudian ia diterkam harimau dan bisa saja ia masih dalam keadaan hidup. Disinilah kelemahan dari cerpen Sebuah Kecelakaan Suci membuat para pembaca menerka-nerka cerita yang terjadi selanjutnya.
Tema yang terdapat pada cerpen Sebuah Kecelakaan Suci adalah kepercayaan pada hal gaib dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dan keikhlasan dalam memberikan sesuatu. Hal ini tergambar jelas pada Suman yang ingin mendapatkan cinta Farida, kemudian pada para penduduk setelah memberikan persembahan daging dan sayuran desa yang penuh dengan bencana itu kembali seperti semula menjadi desa yang sejahtera dan makmur.
Pesan yang dapat kita ambil dalam cerpen Sebuah Kecelakaan Suci adalah seseorang boleh mempercayai adanya alam gaib namun tidak untuk di mintai pertolongan dan untuk meminta sesuatu yang kita inginkan karena untuk meminta sesuatu yang kita inginkan hanyalah dengan beriktiar dan berdoa serta berusaha niscaya Allah akan mengabulkannya. Kemudian untuk mengukur keikhlasan seseorang bukan dari hal yang gaib tetapi dari niat dan ketulusan yang murni dalam memberi sesuatu. Hal ini terjadi pada Seto yang tidak mempercayai hal gaib dan menganggapnya takhayul hingga ia memberikan kambing yang sedang sakit untuk dijadikan persembahan sedangkan Tanu memberikan sayuran yang terbaik dari kebunnya dan ia juga menjalankan puasa untuk membersihkan hatinya dari segala pamrih. Namun yang terjadi keikhlasan dari seorang Tanu-lah yang di pertanyakan oleh para penduduk, sedangkan Seto mendapatkan nilai keikhlasan dari kecurangannya tersebut.



Daftar Pustaka
Majalah sastra Horison April 2013.
Siswanto, Wahyudi.  Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo. 2008.
Wellek & Austin Warren, Rene. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1993.
http://g-kawi.blogspot.com/p/pesugihan-gunung-kawi.html. Diunduh pada 19 Juni 2013.
http://harmonimy.org/arkib/kisahnabi/index.htm#page=kisahhabildanqabilputeranabiadamas.htm. Diunduh pada 19 Juni 2013.



[1] Majalah sastra Horison April 2013
[2] Rene Wellek & Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993),  h. 3
[3] Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), hlm.183.
[4] http://harmoni-my.org/arkib/kisahnabi/index.htm#page=kisahhabildanqabilputeranabiadamas.htm, diunduh pada 19 Juni 2013
[5] http://g-kawi.blogspot.com/p/pesugihan-gunung-kawi.html, diunduh pada 19 Juni 2013.

Selasa, 02 Juli 2013

Terima Kasih Guruku

Akhirnya ngeshare juga tulisan ini , hehehee ..
Udah dari 2 minggu yang lalu mau share tapi rasanya ada yang kurang deh , dan sekarang kita mulai berbagi lagi ya

Yang kita omongin kali ini tentang GURU, ya GURU siapa sih yang ge punya sosok seorang guru didunia ini? Sekalipun ia masih bayi, sosok seorang guru adalah orang tua , karena ia membantu apa yang diperlukan dan menjadi panutan. Demikian dengan guru yang ada di sekolah, iya itu guru kalo menurut gue ya tahan banting ya. Meski anak didiknya nakal, bandel, ga nurut tapi apa yang bisa dilakukan guru? Marah ya hanya sekedar marah ga lebih tapi nanti baik lagi ama kita :) guru itu ibarat seseorang yang ga minta apa-apa, yang ia minta cuma agar anak didiknya pintar, cerdas dan menangkap semua pelajaran dengan baik. Hebat ya guru :) tanpa dia kita ga bisa apa-apa loh. Inget juga sob, ga ada sejarahnya MANTAN GURU tapi semua guru kita mulai dari TK sampai SARJANA !!

 :) semoga bermanfaat :)

Terima Kasih Guruku

Pagiku cerahku
Matahari bersinar…
Ku gendong tas merahku di pundak…
Slamat pagi semua

Ku nantikan dirimu
Di depan kelasku menantikan kami..
Guruku tersayang
Guru tercinta

Tanpamu apa jadinya aku…
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal..
Guruku terima kasihku…

Nakalnya diriku kadang buatmu marah…
Namun segala maaf kau berikan..

Reff:
Guruku tersayang …
Guru tercinta tanpamu apa jadinya aku…
Tak bisa baca tulis mengerti banyak hal…
Guruku terima kasihku…