Jumat, 09 November 2012

Sinopsis Drama Kereta Kencana


Sinopsis Drama Kereta Kencana (Les Chaises)

Karya Eugene Lonesco (terjemahan W.S. Rendra)

            Drama yang di terjemahkan oleh WS Rendra ini tergolong absurd, mulai dari penerapan konsep yang realis dituntut langsung dalam pementasannya. Drama ini menceritakan tentang dua orang tua telah berusia dua abad menunggu sebuah kereta kencana. Kereta kencana dengan sepuluh ekor kuda, satu warna. Lama ditunggu, kereta itu tal juga tiba.
            Sementara suara- suara yang mengatakan mereka akan segera dijemput terus saja berkumandang. Membuat mereka merasa semakin dekat dengan kematian. Dua orang yang kesepian ini tidak mempunyai anak, dua orang yang memiliki kejayaan masa lalu namun dimasa tuanya hanya bisa berkhayal agar kematian yang segera menjemput mereka berdua dapat menjadi suatu yang bermakna, namun tetap saja absurd.
            Drama ini menjadi sangat menarik dikarenakan penulisan yang mengambil latar belakang keadaan masa tua yang  tidak kunjung habis. Selalu dilalui dengan monotone namun terlihat dimana penulis menyampaikan isi yang sesungguhnya tetang kehidupan yang menjadi lebih terkesan membosankan. Dua orang tua ini tidak terlihat mengeluh dalam menunggu kereta yang tak kunjung menjemputnya. Hari – hari dilalui dengan duduk disebuah kursi goyang. Si Nenek bercanda mesra dengan Kakek. Tak jarang mereka membahas kembali masa lalu yang terlewat sudah. Kakek selalu bercumbu rayu, terkadang merayu sedikit, dan selalau diakhiri dengan kebosanan. Bilamana sudah bosan, mereka kembali bernostalgia, sesekali melihat kejendela, apakah sudah datang kereta yang mereka tunggu. Dua orang tua itu tak beda halnya seperti bermain main. Mereka saling membangun pendirian, menghibur masing-masing, bercanda tertawa, bersenda guarau, sampai pertengkaran tak jarang menghiasi kesepian mereka.
`           Setelah berlalu, mereka hanyalah terdiam terpaku menunggu. Kebosanan semakin menjadi, mereka kembali berfikir tentang kehidupan kedepannya. Melihat jendela kembali, dan tak datang pula. Percakapan yang hanya melibatkan dua orang ini sangat tidak membosankan, diakarenakan bahasa dari drama ini sangatlah indah dan berbagi kiasan bahasa yang bervariasi.
            Puncak dari drama ini, tak kala mereka benar – benar jenuh. Lalu saling mencerca satu sama lain. Pertengkaran semakin menjadi. Ditengah suasana malam yang mencekam. Mereka saling menyalahkan dan beradu argument, selalu terkekang dalam ruangan dan jendela merepat mempercepat ataukah memperlambat waktu kematian mereka. Sungguh kesepian dan kebosannan yang selalu mengiasi drama ini.
            Pertengkaran berakhir ketika Kakek mendapat serang jantung, lalu sekejap tergelatak di kursi goyangnya yang telah tua seperti umurnya. Sontak Nenek sangat terpukul, lalu melakukan berbagai cara agar Kakek dapat tersadar kembali. Nenek pun berdiaolog snediri, meminang dan bernostalgia kisah cintanya dengan Kakek. Sesekali Nenek melihat jendela, kereta kencana belum juga tiba.
            Ditengah dialog Nenek, tiba – tiba Kakek tersdar, dan kembali bercengkarama dengan Nenek, Kakek merayu mesra Nenek, persis ketika Kakek melamar Nenek. Mereka kembali bercanda, bermimpi, bernostalgia. Tak jarang Kakek menuturkan mimpinya ketika kedarannya tak terkendali. Dia membayangkan sebuah kereta kenca menghampiri kediaman mereka yang sederhana, hayalah kursi tua pemanis ruangan tersebut, perabotan rumah yang lain sudah using, dan tak dapat dipergunakan lagi.
            Bergitulah keseharian hidup meraka yang sudah tua tanpa dibuahi seorang anak. Kesepian tiada tara menlanda kehidupannya. Selalu kejadian tersebut diulang-ulang. Sampai pada akhrinya, kerata yang mereka tunggu hanyalah sebuah ilusi yang tak pasti. Ilusi yang hanya ada dalam imajinasi orang tua yang menunggu ajal. Ajal layaknya kereta kencana yang emnjemput mereka menuju alam-Nya. Suasan haru, selalu menjadi berbincangan dan mewarnai suasana drama ini.
            Hikmah yang terkadung didalamnya sungguhlah mendasar, mulai dengan sang Nenek yang setia kepada Kakek. Begitupula Kakek selalu menghibur Nenek, dengan rayuannya. Semua berjalan sesuai kehendak mereka dan terjadi begitu saja dengan kesetiaan, cinta kasih sepasang manusia yang sama – sama menatap ajal. Namun kereta yang ditunggu tak kunjung tiba, mereka kembali bercakap, sampai sang waktu merapuhkan jalan mereka menuju yang Esa..

untuk yang mau NASKAHnya , bisa di download di SINI

0 komentar:

Posting Komentar