Teori Prinsip Kesantunan Geoffrey
Leech
A.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Pragmatik
merupakan subdisiplin dari ilmu linguistik yang tumbuh dan berkembang.
Pragmatik yaitu ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia
yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang melatarbelakangi bahasa
itu. Menurut Thomas pragmatik mempunyai hubungan dengan sosiolinguistik,
pragmatik menompang sosiolinguistik yang memanfaatkan deskripsi sosiolinguistik
dan menjelaskan pada interaksi tertentu penutur memilih khazanah linguistiknya
suatu bentuk bahasa.[1]
Dalam pragmatik mempunyai teori
kesantunanan dalam berkomunikasi dengan antar sesama manusia. Kesantunan ini
dibutuhkan karena terdapat status sosial, perbedaan umur, jenjang ataupun latar
belakang hidup seseorang agar terjadi suatu kesantunan yang baik antar sesama.
Dalam tulisan ini akan membahas
teori kesantunan beebahasa yang terdapat beberapa prinsip kesantunan menurut
Geoffrey Leech yaitu yang terdiri dari enam macam maxim dalam prinsip
kesantuanan, enam maksim tersebut yaitu: bidal kebijaksanaan, bidal penerimaan,
bidal kemurahan, bidal kerendahan hati, bidal kecocokan, bidal kesimpatian, dan
yang diungkapkan oleh Gunawan terdapat satu bidal lagi yaitu bidal
pertimbangan.
2. Tujuan
Penulisan
Untuk
menjelaskan pengertian tentang teori kesantunan yang terkait dengan teori
prinsip kesantunan Geoffrey Leech.
B.
Pembahasan
1.
Teori
Kesantunan
Kata
kesantunan dapat diartikan secara berbeda-beda tergantung pada persepsi dari
penerjemah itu sendiri. Misalnya, dalam
kamus besar bahasa Indonesia kata kesantunan yang memiliki kata dasar santun
artinya adalah halus dan baik (budi
bahasanya, tingkah lakunya); sabar dan tenang; sopan.[2]
kesantunan merupakan hubungan antara pembicara dan pendengar saat
berkomunikasi. Kesantunana
seseorang dinilai dari tata cara bicara, gesture tubuh dan tutur berucap
seseorang tersebut. hal ini juga berkaitan dengan aturan perilaku dan etika
seseorang dalam berkomunikasi sehari-hari dan harus dipatuhi karena telah
menjadi suatu aturan yang disepakati oleh masyarakat. Kesantunan seseorang akan
dihargai apabila ia dapat menempatkan bahasa lisan dan bahasa tubuhnya dengan
baik.
Teori kesantunan berbahasa menurut
Brown dan Levinson berkisaran atas notasi muka (face) dibagi menjadi dua yaitu muka negatif dan muka positif.[3]
Teknik dasar seorang penutur yaitu menghitung derajat keterancaman sebuah
tindak ujaran dalam berkomunikasi banyak ditentukan oleh umur, latar belakang
sosial, jenis kelamin ataupun jarak sosial yang ditimbulkan oleh lingkungan
sekitar.
Menurut Leech kesantunan yaitu menyangkut hubungan antara
peserta komunikasi, yaitu penutur dan pendengar. Maka penutur menggunakan kalimat
dalam tuturannya dengan santun tanpa harus menyinggung pendengar. Leech
mengusulkan untuk melengkapi prinsip koperasi Grice dengan prinsip kesopanan.
Prinsip kesopanan setidaknya terdiri dari enam maksim, seperti bidal kebijaksanaan,
bidal penerimaan, bidal kemurahan, bidal kerendahan hati, bidal kecocokan, bidal
kesimpatian,[4]
dan yang diungkapkan oleh Gunawan terdapat satu bidal lagi yaitu bidal
pertimbangan.
2.
Teori
Prinsip Kesantunan Geoffrey Leech
Dalam prinsip
kesantunan Leech erdiri dari enam maksim yaitu:
1.
Maksim Kearifan (Tact Maxim)
Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin.
Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin.
Maksud dari maksim diatas yaitu selalu mengurangi keuntungan
dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan
bertutur. Contohnya:
Ibu : “Ayo dimakan bakminya! Di dalam masih
banyak, kok.”
Rekan Ibu : “ Wah, segar sekali. Siapa yang memasak ini, Bu?”
Informasi
Indeksal:
Dituturkan
oleh seorang ibu kepada teman dekatnya pada saat ia berkunjung ke rumahnya.
Tuturan yang disampaikan dengan maksud agar sang tamu merasa
bebas dan dengan senang hati menikmati hidangan yang disajikan tanpa ada
perasaan tidak enak sekalipun.
2.
Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim)
Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin.
Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin.
Maksud dari maksim diatas yaitu agar peserta tutur dapat
menghormati orang lain. Contohnya:
Kakak
: “Dik, Indosiar filmnya bagus loh, sekarang!”
Adik : “Sebentar, Mas. Saya hidupkan dulu saluran
listriknya”
Informasi
Indeksal:
Dituturkan
oleh seorang kakak kepada adiknya pada sebuah
keluarga, mereka sedang berbincang tentang acara tertentu pada sebuah
saluran televisi swasta.
Tuturan yang disampaikan yaitu si adik menghormati kakaknya
dengan langsung menyalakan saluran listrik.
3.
Maksim Pujian (Approbation Maxim)
Kecamlah orang lain sesedikit mungkin.
Pujilah orang lain sebanyak mungkin.
Maksud dari maksim diatas adalah agar para peserta
pertuturan tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak
yang lain. Contohnya, tuturan Andi saat mendengar Susi yang dapat berbahasa
Jepang dan Inggris.
“Susi
memang tak hanya pandai berbahasa Inggris tetapi juga pandai berbahasa Jepang.”
Dari tuturan diatas sangat jelas bahwa Andi memberikan
pujian kepada Susi yang dapat berbahasa Inggris dan berbahasa Jepang.
4.
Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)
Pujilah diri sendiri sesedikit mungkin.
Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.
Maksud dari maksim diatas yaitu agar para peserta pertuturan
dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya
sendiri. Contohnya:
“Kapan-kapan
main Pak ke rumah saya, tetapi rumah saya jelak seperti gubuk”
Dari tuturan diatas dijelaskan bahwa dia mempunyai rumah
yang dengan kesederhanaan dan kerendahan hati banyak digunakan sebagai
parameter penilaian kesantunan seseorang.
5.
Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim)
Usahakan ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sedikit
mungkin.
Usahakan kesepakatan antara diri dan lain terjadi sebanyak
mungkin.
Maksud dari maksim diatas yaitu agar para peserta tutur
dapat saling membina kecocokan atau kesepakatan di dalam kegiatan bertutur.
Contohnya:
Hani
: “Nanti malam kita makan bersama ya, Tar!”
Tary
: “Boleh. Saya tunggu di Bambu Resto ya.”
Dari tuturan diatas bahwa antara Hani dan Tary terjadi
kesepakatan untuk makan bersama nanti malam.
6.
Maksim Simpati (Sympathy Maxim)
Kurangilah rasa antipati antara diri dengan lain sekecil
mungkin.
Tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan
lain.[5]
Maksud dari maksim diatas yaitu agar para peserta
tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak
lainnya. Contohnya:
Ani
: “Sus, nenekku meninggal.”
Susi
: “Innalillahiwainnailaihi rojiun. Ikut berduka cita.”
Dari tuturan merupakan ucapan simpati dari penutur kepada salah satu temannya yang gagal ujian.
7. Maksim
Pertimbangan (Consideration Maxim)
Minimalkan rasa tidak senang penutur.
Maksimalkan rasa senang penutur.[6]
Maksud dari maksim diatas yaitu untuk mempertimbangkan perasaan penutur,
jangan sampai ia merasa lebih tidak senang dalam suasana yang tidak
menyenangkan.
“Selamat atas
kemenangan Anda pada lomba yang diikuti oleh artis-artis yang hebat-hebat itu.”
Tuturan diatas terdengar lebih santun dari pada hanya “Selamat atas
kemenangan anda”.
C.
Simpulan
Pragmatik merupakan subdisiplin dari ilmu linguistik
yang berarti ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia
yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang melatarbelakangi bahasa
itu.
Prinsip kesantunan menurut Geoffrey Leech yaitu yang
terdiri dari enam macam maxim dalam prinsip kesantuanan yaitu: (1) bidal kebijaksanaan
yaitu mengurangi keuntungan dirinya
sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur, (2) bidal penerimaan yaitu peserta pertuturan tidak
saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak yang lain, (3) bidal kemurahan yaitu peserta tutur dapat
menghormati orang lain, (4) bidal kerendahan
hati yaitu peserta pertuturan dapat bersikap rendah hati dengan cara
mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri, (5) bidal kecocokan yaitu peserta tutur dapat saling membina
kecocokan atau kesepakatan di dalam kegiatan bertutur, (6) bidal kesimpatian yaitu peserta tutur dapat
memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak lainnya, (7) bidal pertimbangan yaitu untuk mempertimbangkan perasaan penutur, jangan sampai
ia merasa lebih tidak senang dalam suasana yang tidak menyenangkan.
[1] Asim
Gunawan. Pragmatik Teori dan Kajian Nusantara. (Jakarta:
Atma Jaya, 2007). Hlm. 52
[2] Departemen Pendidikan
Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia .(Jakarta: Balai Pustaka,
2003). Hlm. 997
[3] Asim
Gunawan. Pragmatik Teori dan Kajian Nusantara. (Jakarta:
Atma Jaya, 2007). Hlm. 189
[4] K.M Jaszczolt. Semantics
and Pragmatics. (London: Person Education, 2006).Hlm, 314
[5] Geoffrey Leech. Prinsip-prinsip Pragmatik. (Jakarta:
UI-Press, 2011). Hlm, 206-207
[6] Asim
Gunawan. Pragmatik Teori dan Kajian Nusantara. (Jakarta:
Atma Jaya, 2007). Hlm. 166
0 komentar:
Posting Komentar