Senin, 06 Januari 2014

Kesantunan Geoffrey Leech

Teori Prinsip Kesantunan Geoffrey Leech

A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Pragmatik merupakan subdisiplin dari ilmu linguistik yang tumbuh dan berkembang. Pragmatik yaitu ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang melatarbelakangi bahasa itu. Menurut Thomas pragmatik mempunyai hubungan dengan sosiolinguistik, pragmatik menompang sosiolinguistik yang memanfaatkan deskripsi sosiolinguistik dan menjelaskan pada interaksi tertentu penutur memilih khazanah linguistiknya suatu bentuk bahasa.[1]
Dalam pragmatik mempunyai teori kesantunanan dalam berkomunikasi dengan antar sesama manusia. Kesantunan ini dibutuhkan karena terdapat status sosial, perbedaan umur, jenjang ataupun latar belakang hidup seseorang agar terjadi suatu kesantunan yang baik antar sesama.
Dalam tulisan ini akan membahas teori kesantunan beebahasa yang terdapat beberapa prinsip kesantunan menurut Geoffrey Leech yaitu yang terdiri dari enam macam maxim dalam prinsip kesantuanan, enam maksim tersebut yaitu: bidal kebijaksanaan, bidal penerimaan, bidal kemurahan, bidal kerendahan hati, bidal kecocokan, bidal kesimpatian, dan yang diungkapkan oleh Gunawan terdapat satu bidal lagi yaitu bidal pertimbangan.

2.      Tujuan Penulisan
Untuk menjelaskan pengertian tentang teori kesantunan yang terkait dengan teori prinsip kesantunan Geoffrey Leech.


B.     Pembahasan
1.      Teori Kesantunan
Kata kesantunan dapat diartikan secara berbeda-beda tergantung pada persepsi dari penerjemah itu sendiri. Misalnya, dalam kamus besar bahasa Indonesia kata kesantunan yang memiliki kata dasar santun  artinya adalah halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya); sabar dan tenang; sopan.[2]  kesantunan merupakan hubungan antara pembicara dan pendengar saat berkomunikasi. Kesantunana seseorang dinilai dari tata cara bicara, gesture tubuh dan tutur berucap seseorang tersebut. hal ini juga berkaitan dengan aturan perilaku dan etika seseorang dalam berkomunikasi sehari-hari dan harus dipatuhi karena telah menjadi suatu aturan yang disepakati oleh masyarakat. Kesantunan seseorang akan dihargai apabila ia dapat menempatkan bahasa lisan dan bahasa tubuhnya dengan baik.
Teori kesantunan berbahasa menurut Brown dan Levinson berkisaran atas notasi muka (face) dibagi menjadi dua yaitu muka negatif dan muka positif.[3] Teknik dasar seorang penutur yaitu menghitung derajat keterancaman sebuah tindak ujaran dalam berkomunikasi banyak ditentukan oleh umur, latar belakang sosial, jenis kelamin ataupun jarak sosial yang ditimbulkan oleh lingkungan sekitar.
Menurut Leech kesantunan yaitu menyangkut hubungan antara peserta komunikasi, yaitu penutur dan pendengar. Maka penutur menggunakan kalimat dalam tuturannya dengan santun tanpa harus menyinggung pendengar. Leech mengusulkan untuk melengkapi prinsip koperasi Grice dengan prinsip kesopanan. Prinsip kesopanan setidaknya terdiri dari enam maksim, seperti bidal kebijaksanaan, bidal penerimaan, bidal kemurahan, bidal kerendahan hati, bidal kecocokan, bidal kesimpatian,[4] dan yang diungkapkan oleh Gunawan terdapat satu bidal lagi yaitu bidal pertimbangan.

2.      Teori Prinsip Kesantunan Geoffrey Leech
Dalam prinsip kesantunan Leech erdiri dari enam maksim yaitu:
1.      Maksim Kearifan (Tact Maxim)
Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin.
Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin.
Maksud dari maksim diatas yaitu selalu mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur. Contohnya:
     Ibu       : “Ayo dimakan bakminya! Di dalam masih banyak, kok.”
Rekan Ibu : “ Wah, segar sekali. Siapa yang memasak ini, Bu?”
Informasi Indeksal:
Dituturkan oleh seorang ibu kepada teman dekatnya pada saat ia berkunjung ke rumahnya.
Tuturan yang disampaikan dengan maksud agar sang tamu merasa bebas dan dengan senang hati menikmati hidangan yang disajikan tanpa ada perasaan tidak enak sekalipun.
2.      Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim)
Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin.
Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin.
Maksud dari maksim diatas yaitu agar peserta tutur dapat menghormati orang lain. Contohnya:
Kakak : “Dik, Indosiar filmnya bagus loh, sekarang!”
Adik : “Sebentar, Mas. Saya hidupkan dulu saluran listriknya”
Informasi Indeksal:
Dituturkan oleh seorang kakak kepada adiknya pada sebuah  keluarga, mereka sedang berbincang tentang acara tertentu pada sebuah saluran televisi swasta.
Tuturan yang disampaikan yaitu si adik menghormati kakaknya dengan langsung menyalakan saluran listrik.
3.      Maksim Pujian (Approbation Maxim)
Kecamlah orang lain sesedikit mungkin.
Pujilah orang lain sebanyak mungkin.
Maksud dari maksim diatas adalah agar para peserta pertuturan tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak yang lain. Contohnya, tuturan Andi saat mendengar Susi yang dapat berbahasa Jepang dan Inggris.
“Susi memang tak hanya pandai berbahasa Inggris tetapi juga pandai berbahasa Jepang.”
Dari tuturan diatas sangat jelas bahwa Andi memberikan pujian kepada Susi yang dapat berbahasa Inggris dan berbahasa Jepang.
4.      Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)
Pujilah diri sendiri sesedikit mungkin.
Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.
Maksud dari maksim diatas yaitu agar para peserta pertuturan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Contohnya:
“Kapan-kapan main Pak ke rumah saya, tetapi rumah saya jelak seperti gubuk”
Dari tuturan diatas dijelaskan bahwa dia mempunyai rumah yang dengan kesederhanaan dan kerendahan hati banyak digunakan sebagai parameter penilaian kesantunan seseorang.
5.      Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim)
Usahakan ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sedikit mungkin.
Usahakan kesepakatan antara diri dan lain terjadi sebanyak mungkin.
Maksud dari maksim diatas yaitu agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kesepakatan di dalam kegiatan bertutur. Contohnya:
Hani : “Nanti malam kita makan bersama ya, Tar!”
Tary : “Boleh. Saya tunggu di Bambu Resto ya.”
Dari tuturan diatas bahwa antara Hani dan Tary terjadi kesepakatan untuk makan bersama nanti malam.
6.      Maksim Simpati (Sympathy Maxim)
Kurangilah rasa antipati antara diri dengan lain sekecil mungkin.
Tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain.[5]
Maksud dari maksim diatas yaitu agar para peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. Contohnya:
Ani : “Sus, nenekku meninggal.”
Susi : “Innalillahiwainnailaihi rojiun. Ikut berduka cita.”
Dari tuturan merupakan ucapan simpati dari penutur kepada salah satu temannya yang gagal ujian.
7.      Maksim Pertimbangan (Consideration Maxim)
Minimalkan rasa tidak senang penutur.
Maksimalkan rasa senang penutur.[6]
Maksud dari maksim diatas yaitu untuk mempertimbangkan perasaan penutur, jangan sampai ia merasa lebih tidak senang dalam suasana yang tidak menyenangkan.
“Selamat atas kemenangan Anda pada lomba yang diikuti oleh artis-artis yang hebat-hebat itu.”
Tuturan diatas terdengar lebih santun dari pada hanya “Selamat atas kemenangan anda”.

C.    Simpulan
Pragmatik merupakan subdisiplin dari ilmu linguistik yang berarti ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang melatarbelakangi bahasa itu.
Prinsip kesantunan menurut Geoffrey Leech yaitu yang terdiri dari enam macam maxim dalam prinsip kesantuanan yaitu: (1) bidal kebijaksanaan yaitu mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur, (2) bidal penerimaan yaitu peserta pertuturan tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak yang lain, (3) bidal kemurahan yaitu peserta tutur dapat menghormati orang lain, (4) bidal kerendahan hati yaitu peserta pertuturan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri, (5) bidal kecocokan yaitu peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kesepakatan di dalam kegiatan bertutur, (6) bidal kesimpatian yaitu peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak lainnya, (7)  bidal pertimbangan yaitu untuk mempertimbangkan perasaan penutur, jangan sampai ia merasa lebih tidak senang dalam suasana yang tidak menyenangkan.



[1] Asim Gunawan. Pragmatik  Teori dan Kajian Nusantara. (Jakarta: Atma Jaya, 2007). Hlm. 52
[2] Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia .(Jakarta: Balai Pustaka, 2003).  Hlm.  997
[3] Asim Gunawan. Pragmatik  Teori dan Kajian Nusantara. (Jakarta: Atma Jaya, 2007). Hlm. 189
[4] K.M Jaszczolt. Semantics and Pragmatics. (London: Person Education, 2006).Hlm, 314
[5] Geoffrey Leech. Prinsip-prinsip Pragmatik. (Jakarta: UI-Press, 2011). Hlm, 206-207
[6] Asim Gunawan. Pragmatik  Teori dan Kajian Nusantara. (Jakarta: Atma Jaya, 2007). Hlm. 166

0 komentar:

Posting Komentar