A.
Epigon
Epigon secara etimologi
epigon berasal dari bahasa latin epigonos
atau epigignestai, yang berarti ‘terlahir
kemudian’[1]. Dalam dunia penulisan,
orang yang meniru gaya tulisan seorang penulis lazim disebut epigon.
Menurut KBBI (kamus
besar bahasa Indonesia) epigon adalah orang yang tidak memiliki gagasan baru
dan hanya mengikuti jejak pemikir atau seniman yang mendahuluinya.
Epigon memang telah
mewarnai dan ikut ambil bagian dalam proses kreatif penciptaan sebuah karya
dari para penulis. Bagi seorang penulis menjadi epigon adalah sebuah proses
belajar. Mereka butuh observasi, referensi, inspirasi dan logika ataupun
imajinasi untuk menghasilkan karya baru.
Damono (2005: 18-20)
dalam Suwardi memberikan rambu-rambu bahwa sastra bandingan perlu mencermati
tiga hal, yaitu Asli, Pinjaman, dan Tradisi. Ketiganya jelas terkait dengan
epigonistik. Karya asli, biasanya disebut orisinal, yang sering menjadi sumber
epigon. Istilah pinjaman sama halnya dengan serapan. Sastra serapan sah-sah
saja, sebab hubungan estetis tidak mungkin dibendung oleh siapa pun. Tradisi,
yang
paling bagus, memang pengarang tidak sekedar epigon, melainkan membangun
tradisi baru. Namun demikian, tradisi baru juga sering tidak mudah dilakukan,
sebab pada dasarnya pengarang senantiasa tidak pernah nihil dari karya orang
lain.
Ahli sastra bandinganlah yang akan mendudukan
seberapa tingkat epigon, plagiat, dan terjemahan. Baik epigon, plagiat, dan
terjemahan sebenarnya menjadi bagian
bandingan interteks dan interteks yang tak akan pernah ada habisnya. Meniru
sebenarnya sah-sah saja, biarpun ada yang menganggap sebuah pencurian. Tak
jarang jika kita sedang berada di toko buku, membolak-balikan novel, membuka
cerpen masa lalu, atau mencermati dongeng, kita mendapati banyak sekali buku
yang serupa atau mirip dalam tampilannya, dalam tema tulisannya, atau yang
lainnya dengan buku-buku yang sudah menjadi phenomena dan best seller. Contoh setelah buku tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, atau novel popular karya Habiburrahman El-Shirazy,
ayat-ayat cinta dan ketika cinta bertasbih,
bermunculan buku atau novel serupa baik dalam tema, isi cerita, maupun
hanya sekedar tamplan cover-nya saja.
Sesuai kodrat manusia yang sejak kecil bahkan masih
bayi memang sudah diajarkan aktivtas untuk meniru, hingga besar pun cenderung
untuk meniru dari orang-orang yang dianggap hebat atau berhasil dalam
bidangnya. Sebenarnya pun menjadi atau melakukan epigon itu dapat dianggap
sah-sah saja jika orang yang melakukan epigon itu tidak sekedar meniru tetapi
melakukannnya sebagai alat untuk menemukan jati diri atau ciri khasnya, serta
selanjutnya membuat kreativitas dalam karyanya dan ini disebut epigon kreatif.
Namun jika epigon dilakukan dengan cara menjiplak karya orang lain atau yang
lazim disebut plagiat, maka inilah epigon yang tidak diharapkan, bahkan yang
seperti ini dianggap sebagai pencuri orang lain dan termasuk kategori melanggar
hak cipta.[2]
Kecenderungan karya sastra yang menjadi epigon karya
sastra lain dapat dipahami dengan menggunakan pendekatan generik dan genetik.
Melalui pendekatan generik dapat terungkap hubungan karya satu dengan yang
lain. Hubungan antar genre, sering terjadi
lintas genre, sehingga tidak begitu jelas ketika pengarang cerpen mengepigon
sebuah pusi. Berbeda ketika pusi mengepigon puisi, tentu akan segera diketahui.
Hubungan generik akan selalu ada, sejauh pengarang tidak menutup diri.
Pengarang dapat dipastikan akan membaca karya lain dari genre yang
berbeda. Itulah sebabnya sastra
bandingan akan memahami penyusupan genre satu ke genre lain. Aspek kesengajaan
atau ketaksengajaan tidak perlu diperdebatkan dalam konteks epigon, plagiat,
dan terjemahan. Epgion
menandai bahwa pengarang berikutnya sedang takluk, sedang tergiur, dan bahkan
jatuh cinta pada karya sebelumnya.
B.
Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yg ikut
membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.
Menurut mahayana (1995 : 213) adanya kesamaan
tema, gaya, maupun bentuk pada dua karya sastra, mungkin hanya akibat pegaruh
karya sastra yang satu terhadap karya yang lain. Kemunculannya pun bisa pada
saat yang bersamaan atau dengan kurun waktu yang berbeda. Dengan demikian, bisa
jadi terjadi kemiripan antara karya sastra disuatu negara dan karya sastra di
negara lain[3].
Istilah pengaruh harus dartikan secara luas, bukan
sekedar proses peniruan yang menimbulkan karya sastra baru berdasarkan karya
sastra yang sudah ada. Ada pendapat yang mengatakan bahwa seandainya karya
sastra yang mempengaruhi itu tidak pernah ada tidak
akan pernah bisa membuktikan hal itu. Konsep pengaruh mencakup spektrum yang
luas, mulai dari pinjaman sampai ke tradisi. Hal tersebut membuka peluang bagi
penelitian sastra bandingan.
Pengaruh bisa terjadi secara langsung maupun tidak
langsung. Tidak jelas apakah yang menimbulkan pengaruh itu sastrawan atau
karyanya, dan juga tidak bisa begitu saja diketahui apakah pengaruh itu terjadi
secara langsung atau lewat perantara; penelitilah yang harus menentukan hal
itu. Dibagian lain bukunya, Jost (1974:37) menyatakan bahwa penelitian bisa
dilaksanakan dengan metode genetik atau poligenetik, yang menekankan pentingnya
sebab akibat maupun tidak. Betapapun pentingnya studi pengaruh, hasilnya tidak
selalu menjelaskan bagaimana proses penyebaran suatu teknik atau gagasn, sebab
bagaimana pun suatu masyarakat harus sudah siap menerima sesuatu dari luar;
jika tidak penularan tersebut tidak pernah terjadi. Dengan demikian sebenarnya
tidak bisa dikatakan bahwa seandainya tidak ada sumber pengaruh, tidak akan
bisa dipastikan bahwa sastra tertentu tidak menghasilkan sesuatu.[4]
C.
Plagiat
Plagiat adalah kerja sastrawan yang
meniru karya orang lain. Plagiat sama halnya dengan pencurian. Namun menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia plagiat adalah pengambilan
karangan (pendapat dsb) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan
(pendapat dsb) sendiri, misal menerbitkan karya tulis orang lain atas nama
dirinya sendiri; jiplakan.
Plagiattisme tidak hanya terjadi dalam
lingkungan sastra suatu daerah, tetapi juga dalam hubungan sastra daerah dengan
daerah lain, dengan sastra nasional, bahkan dengan sastra negara lain. Produk
kesusastraan antar wilayah dan antar negara sering memiliki pertalian dan
kemiripan cerita. Fenomena ini menarik sebab tumbuh dan berkembangnya karya
sastra itu dipisahkan oleh letak geografis yang berjauhan serta latar budaya
masyarakat yang sangat berbeda.[5]
Kasus yang
berkaitan dengan epigon, plagiat dan pengaruh
Hb
Jassin, kritikus sastra Indonesia, mengungkapkan prinsip kerja sastra bandingan
ketika membela Hamka dan Chairil Anwar dari tuduhan sebagai plagiat. Pengarang
Hamka dengan novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck-nya dituduh sebagai
plagiat. Novel ini memiliki kemiripan dengan karya seorang pengarang mesir
Mustafa Luthfi Al Manfaluthi. Hal yang sama juga dilakukan Jassin ketika
Chairil Anwar dituduh menjiplak karya-karya penyair mancanegara.
Ketika Chairil Anwar masih hidup
timbul kehebohan dalam majalah mimbar Indonesia bahwa Chairil melakukan
plagiat. Diberitakan bahwa sajaknya yang berjudul “Datang Dara Hilang Dara”
merupakan hasil palgiat dari sajak Hsu Chih Mo yang berjudul “A song of the
sea”. Tidak hanya itu saja yang ia contoh, tetapi juga banyak sajak-sajak lain
seperti “karawang-Bekasi” yang diambil dari sajak Archibald MacLeish yang
berjudul “The young dead soldiers”. Demikian juga dengan sajaknya “kepada
peminta-minta”, “Rumahku”, dan lain-lain. Peristiwa itu sangat mengejutkan
dunia sastra Indonesia sehingga timbul polemik antara yang menyerang dan
mempertahankan Chairil.
Pembelaan kawan-kawan terdekat
Chairil seperti H.B. Jassin, Asrul Sani, dan yang lainnya tidak dapat menutupi
kenyataan perbuatan plagiat yang dilakukan oleh Chairil. S.M. Ardan dalam salah
satu tulisannya mengatakan bahwa lebih baik menyelidiki dan di akui
plagiat-plagiat yang dilakukan oleh Chairil itu, bukan di bantah atau di bela.
Namun orang-orang pun tidak dapat membantah peranan dan jasa besar Chairil
dalam sejarah sastra Indonesia.[6]
Setelah
mengkaji melalui sastra bandingan, Jassin menegaskan bahwa Hamka bukan plagiat,
melainkan mengadaptasi karya pengarang Mesir tersebut. Mengenai Chairil Anwar,
Jassin menilai bahwa penyai angkatan 45 itu hanya menyadur dan menerjemahkan
karya-karya sastra asing yang bersangkutan.
Salah satu
contoh yakni dalam puisinya Chairil Anwar yang berjudul “Karawang bekasi” puisi
ini dianggap menjiplak karya Archibald Macleish yang berjudul “The Young Dead
Soldier”. Chairil Anwar sebenarnya telah menciptakan sajak baru sehingga
terpengaruh dengan larik sajak yang dibuat Archibald Macleish. Sajak Macleish
memuat sajak yang lebih umum tentang prajurit dengan nilai-nilai yang bisa
diterima dimana saja prajurit yang mati pada sajak itu tidak terikat dengan
waktu dan tempat, mereka bukan prajurit yang merebut kemerdekaan dari bangsa
lain. Sebaliknya, sajak Chairil Anwar memuat sajak yang lebih khusus yang
terikat antara waktu dan tempat, yakni pada waktu merebut kemerdekaan Indonesia.
Dengan demikian
sajak ini tidak mengandung nilai-nilai dengan mudah bisa diterima dimana dan
kapan saja, ia terikat pada sejarah. Nada yang tersirat dalam sajak Chairil Anwar
itu pun jelas berbeda The Young Dead Soldier. Krawang bekasi menggambarkan
suasana mengobarkan semangat perjuangan, sedangkan sajak The Young Dead Soldier
memimpikan persamaian[7].
Berikut
ini merupakan teks puisi karya Chairil Anwar dan Archibald Macleish.
KARAWANG-BEKASIKami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bitjara padamu dalam hening di malam sepi
Djika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah tjoba apa yang kami bisa
Tapi kerdja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Chairil Anwar (1948)
THE YOUNG DEAD SOLDIERS
The young dead soliders do not speak
Nevertheless they are heard in the still houses:
(who has not heard them?)
They have a silence that speaks for them at night
and when the clock counts.
They say,
We were young. We have died. Remember us.
They say,
we have done what we could
but until it is finished it is not done.
They say, we have given our lives
but until it is finished no one can know what our lives gave.
They say,
our deaths are not ours: they are yours
they will mean what you make them.
They say,
whether our lives and our deaths were for peace and a new hope
or for nothing
We cannot say: it is you who must say this.
They say, we leave you our deaths:
give them their meaning:
give them an end to the war and a true peace:
give them a victory that ends the war and a peace afterwards:
give them their meaning.
We were young, they say.
We have died.
Remember us.
Archibald
MacLeish (1941)
Berikut beberapa bait yang mirip pada kedua karya sastra
tersebut :
¢ (tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami?) (who
has not heard them)
¢ (kami bicara padamu dalam hening di malam sepi jika dada
rasa hampa dan jam dinding yang berdetak) (they have a silence that speaks for
them at night and when the clock count)
¢ (kami mati muda. Yang ditinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami) (they say, We were young. We have died. Remember us).
¢ (Kami sudah coba apa yang kami bisa) (They say, we have
done what we could but until it is finished it is not done).
menurut anda ini apa?? Plagiat, Pengaruh atau Epigon??
[1] Suwardi
Endraswara, Metodologi Penelitiaan Sastra
Bandingan, (Jakarta: Bukupop, 2011), h.210-211
[5] Suwardi
Endraswara, Metodologi Penelitiaan Sastra
Bandingan, (Jakarta: Bukupop, 2011), h.206 -207
[6]M
Nahdiansyah Abdi. 2011. Plagiatisme dan
Kepengarangan dalam http://sosok.kompasiana.com/2011/05/26/chairil-anwar-dan-sejarah-sastra-indonesia/
diakses pada tanggal 19 Oktober 2012
TERIMA KASIH
BalasHapus@Darul Quran Wal Hadis An-Nasri: iya sama-sama :)
BalasHapusHari baik untuk semua warga negara Indonesia dan juga seluruh ASIA, nama saya adalah Ibu Nurliana Novi, saya ingin membagikan kesaksian hidup saya di sini mengenai platform ini untuk semua warga negara Indonesia dan seluruh asia untuk berhati-hati dengan pemberi pinjaman di internet, Allah telah mendukung saya melalui ibu Nyonya Elina yang baik
BalasHapusSetelah beberapa lama mencoba mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, dan terus menolak, saya memutuskan untuk mendaftar melalui pinjaman online tapi saya menipu dan kehilangan Rp 15.000.000 dengan pinjaman pinjaman yang berbeda.
Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman, jadi saya berdiskusi dengan seorang teman saya yang kemudian mengenalkan saya kepada Nyonya Elina, pemilik perusahaan pinjaman global, jadi teman saya meminta saya untuk melamar dari Ibu Elina, jadi saya mengumpulkan keberanian dan menghubungi Mrs. Elina.
Saya mengajukan pinjaman sebesar Rp500.000.000 dengan tingkat bunga 2%, sehingga pinjaman tersebut disetujui dengan mudah tanpa tekanan dan semua pengaturan dilakukan atas pengalihan kredit, karena tidak memerlukan jaminan dan jaminan pinjaman. Transfer saya hanya diberitahu untuk mendapatkan sertifikat perjanjian lisensi aplikasi Mereka untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari dua jam uang pinjaman telah dimasukkan ke rekening bank saya.
Saya pikir itu adalah lelucon sampai saya menerima telepon dari bank saya sehingga akun saya dikreditkan sebesar Rp500.000.000. Saya sangat senang bahwa ALLAH akhirnya menjawab doaku dengan memesan pinjaman saya dengan pinjaman awal saya, yang telah memberi saya keinginan hati saya.
Mereka juga memiliki tim ahli yang akan memberi tahu Anda tentang jenis bisnis yang ingin Anda investasikan dan bagaimana menginvestasikan uang Anda, sehingga Anda tidak akan pernah bangkrut lagi dalam hidup Anda.
Semoga ALLAH memberkati Ibu Elina karena telah membuat hidup saya mudah, jadi saya menyarankan siapapun yang tertarik untuk mendapatkan pinjaman agar dapat menghubungi Ibu Elina melalui email: elinajohnson22@gmail.com untuk pinjaman Anda
Ada perusahaan palsu lain yang online menggunakan kesaksian saya untuk mencapai keinginan egois mereka, sayalah satu-satunya dengan kesaksian sejati ini, ketika Anda menghubungi kemudian meminta bukti dari pembayaran kepada ibu tersebut, mohon berhati-hati terhadap orang-orang ini baik-baik saja.
Akhirnya saya ingin mengucapkan terima kasih untuk meluangkan waktu untuk membaca kesaksian tentang hidup sejati saya tentang kesuksesan saya dan saya berdoa kepada Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda.
Satu lagi nama saya adalah mrs nurliana novi, Anda bisa menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut melalui email saya: nurliananovi96@gmail.com