Senin, 06 Januari 2014

Perbandingan Konotatif

Konotatif dalam Buku Teks Kelas XII Terbitan Yudhistira, 2007
A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Semantik merupakan bagian dari subbidang linguistik, semantik mengkaji arti atau bidang linguistik yang mempelajari arti atau sebuah makna. Dalam semantik setiap kata mempunyai arti yang sesuai dengan kata sebelumnya, jadi setiap kata memiliki bagian-bagian yang melengkapi kata tersebut untuk mengetahui maknanya. Dalam pembahasan semantik terdapat arti konotatif yang membahas makna yang diperoleh melalui proses asosiasi.
Dalam penelitian ini akan menganalisis buku teks Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang terdapat materi konotatif kemudian akan dibandingkan dengan adanya persamaan dan perbedaan yang terjadi di perguruan tinggi pada matakuliah semantik dengan materi arti konotatif.
Alasan peneliti membahas arti konotatif yaitu untuk menjelaskan pengertian tentang arti konotatif serta untuk mengetahui persamaan dan perbedaan yang terjadi pada materi arti konotatif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan di Perguruan Tinggi. Di sekolah biasanya hanya menjelaskan makna yang sebenarnya dari konotatif, sedangkan di Perguruan Tinggi dijelaskan adanya nilai rasa pada konotatif.

2.      Tujuan Penulisan
Untuk menjelaskan pengertian tentang arti konotatif serta untuk mengetahui persamaan dan perbedaan yang terjadi pada materi arti konotatif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan di Perguruan Tinggi.




B.     Pembahasan
1.      Kerangka Teori
Makna kata konotatif adalah makna tambahan dari sebuah kata atau frasa yang mengandung nilai-nilai emosional. Makna kata konotatif bersifat subjektif.[1] Nilai-nilai emosional tersebut didasarkan pada perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara dan pendengar.
Arti konotatif dalam perguruan tinggi yaitu konotatif yang dikemukakan oleh Hartmann dan James, bahawa konotasi adalah aspek arti dari kata atau frasa yang diasosiasikan dengan nada tambahan yang bersifat subjektif emotif. Sedangkan Cruse memberi beberapa arti konotasi yaitu (1) dalam bahasa sehari-hari, konotasi berarti kurang lebih sama dengan asosiasi, (2) dalam penggunaan teknisnya, istilah konotasi mengacu kepada aspek arti yang tidak disadari atas kondisi kebenaran, dan (3) kadangkala istilah konotasi digunakan sebanding dengan istilah intensi.[2] Istilah konotatif ini sering disamakan dengan arti afektif dan arti emotif karena kedua arti tersebut juga berhubungan dengan perasaan atau emosional seseorang ataupun makna yang menunjukkan perasaan. Sedangkan arti konotatif menurut Veehar yaitu konotasi adalah arti yang dapat muncul pada penutur akibat penilaian afektif atau emosional seseorang.[3]
Maka dapat disimpulakan, bahwa konotatif merupakan arti tambahan dari suatu kalimat yang dapat diperoleh melalui asosiasi setempat, konotatif juga bersifat subjektif, emotif dan sikap penggunanya serta konotatif tersebut dapat dimiliki bersama-sama oleh seluruh masyarakat.

2.      Analisis
Dalam pengajaran disekolah, guru menjelaskan arti konotatif hanyalah sebatas memberi arti yang sebenarnya pada setiap kalimat tanpa menjelaskan adanya nilai rasa di setiap kata konotatif tersebut. Misalnya, contoh dari konotatif disekolah yaitu; “Awan hitam kembali menyelimuti wajahnya, ia telah kehilangan buah hati yang selama ini menjadi pelipur lara hidupnya.” Maksud dari contoh tersebut yaitu makna konotatif awan hitam bukanlah makna yang sebenarnya melainkan bermakna sedih atau sedang berduka dan makna buah hati yaitu bermakna anak kesayangan, maka jika kalimat di atas di jadikan makna yang sebenarnya yaitu ia sedang berduka karena ia telah kehilangan anak kesayangannya yang selama ini menemani hidupnya. Dengan penjelasan tersebut, maka guru hanya membarikan ungkapan-ungkapan yang terkait konotatif dalam pembelajaran serta memberi tahu arti yang sebenarnya.
Sedangkan pengajaran arti konotatif dalam perguruan tinggi, selain menjelaskan ungkapan yang terkait juga menjelaskan adanya nilai rasa yang terdapat pada kata konotatif tersebut. Nilai rasa tersebut terbagi menjadi dua macam yaitu konotasi positif dan konotasi negatif atau baik buruknya suatu kata tersebut. Misalnya kata monyet memiliki konotasi yang positif jika kata tersebut dikatakan untuk hewan monyet, namun kata monyet menjadi konotasi negatif karena kita dapat menggunakannya sebagai makian atau mengejek seseorang dengan kata monyet. Maka nilai rasa monyet tersebut menjadi negatif karena terjadinya proses asosiasi yang berulang dalam masyarakat setempat.
Kemudian pada kata istri dengan sinonimnya permaisuri dan bini, memiliki rasa yang berbeda-beda meskipun arti dari kata tersebut adalah sama. Penggunaan kata istri merupakan berkonotasi netral, tidak memiliki rasa yang mengenakkan. Tetapi pada kata permaisuri tersirat makna mengagungkan, memiliki konotasi positif atau nilai rasa yang mengenakkan, namun pada nyatanya dirasakan sebagai mengejek seseorang. Kemudian pada kata bini, tersirat makna merendahkan derajat seseorang, maka kata bini memiliki konotasi negatif, nilai rasa yang tidak mengenakkan, orang akan merasa tidak enak jika dipanggil bini.
Dengan demikian persamaan arti konotatif di sekolah dengan perguruan tinggi yaitu sama-sama menjelaskan tentang arti tambahan dari suatu kalimat yang dapat diperoleh melalui asosiasi setempat, serta bersifat subjektif dan emotif. Kemudian perbedaan makna konotatif disekolah yaitu guru hanya menjelaskan arti konotatif atau makna yang sebenarnya saja. Sedangkan arti konotatif di perguruan tinggi yaitu selain menjelaskan ungkapan yang terkait juga menjelaskan adanya nilai rasa yang terdapat pada kata konotatif tersebut.
Perbedaan tersebut terjadi karena pengajaran guru yang kurang efektif dan hanya terpaku pada buku pelajaran atau modul bahasa indonesia, sehingga tidak dapat mengembangkan materi konotatif, maka siswa pun tidak mengetahui dan tidak memahami tentang nilai rasa suatu kata konotatif. Seharusnya guru dapat mengembangkan materi konotatif hingga siswa dapat mengetahui nilairasa konotatif di sekolah dan jika siswa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, siswa sudah mengetahui nilai rasa yang terdapat dalam konotatif dan dapat memperdalam materi konotatif tersebut di perguruan tinggi.

C.    Simpulan
Arti konotatif terbentuk dari adanya arti tambahan dalam suatu kalimat yang diperoleh dari proses asosiasi setempat yang sudah disepakati, konotatif ini dimiliki oleh semua masyarakat, konotatif bersifat subjektif dan emotif yang mewakili perasaan seseorang. Arti konotatif mengandung nilai rasa di dalamnya, yaitu konotatif positif dan konotatif negatif.
Konotatif yang terjadi disekolah adalah guru hanya menjelaskan ungkapan dan arti sebenarnya saja, berbeda dengan arti konotatif di perguruan tinggi yang tidak hanya menjelaskan arti sebenarnya tetapi juga menjelaskan nilai rasa di dalam arti konotatif tersebut. Perbedaan ini terjadi karena kurangnya guru yang dapat mengembangkan materi konotatif di sekolah sehingga siswa kurang memahami pengertian konotatif yang sebenarnya.



[1] Nanang Chaerul Anwar, Modul Bahasa Indonesia SMK kelas XII, (Bogor: Yudhistira, 2007), hlm. 7
[2] Makyun Subuki, Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa, (Jakarta, Trans Pustaka, 2011), hlm.49
[3] J.W.M. Veehar, Asas-Asas Linguistik, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), hlm.390.

0 komentar:

Posting Komentar